Lihat ke Halaman Asli

Buhori

Pemerhati Pendidikan

In Memoriam: Selamat Jalan Guruku; Kiyai Sahir Mannani

Diperbarui: 11 Januari 2024   21:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari Selasa yang lalu (2/1/24), saya mendengar kabar melalui grup keluarga, bahwa beliau dirujuk ke Rumah Sakit, karena ada gejala kelainan jantung. Selang dua hari setelahnya (4/1/24), kembali mendapat informasi, beliau terpaksa dimasukkan ke ruang ICU, disebabkan kondisi kesehatannya yang memburuk, dan perlu perawatan yang intensif.

Disebabkan jarak yang jauh, yang tak memungkinkan untuk menjenguk secara langsung, selama itu saya hanya memantau perkembangan kesehatan beliau dari informasi temen-temen dan keluarga yang mempostingnya di media sosial. Hingga akhirnya,dini hari tadi (6/1/24) memperoleh kabar duka; beliau telah dipanggil oleh Penciptanya, meninggalkan kehidupan yang fana.

Secara pribadi, saya cukup mengenal beliau secara dekat, disamping memang masih ada hubungan keluarga (saudara sepupu dua kali /second cousin), beliau juga merupakan guru saya, sewaktu di MI dan MTs. Hidayatus Shibyan.

Sebagai seorang guru, beliau terkenal multitalenta, tidak hanya mendalami ilmu agama sebagai seorang ustadz, namun juga mahir dalam bidang eksakta bahkan piawai dalam seni tarik suara. Tercatat, sejak saya sekolah dulu, beliaulah yang menciptakan lagu Hymne Hidayatus Shibyan, yang dinyanyikan setiap acara wisuda, dan belakangan setelah beliau aktif kembali mengajar, kembali beliau menggubah bait-bait Mars Hidayatus Shibyan. Sebuah legacy yang akan selalu dikenang.

Karya kedua beliau ini bisa dilihat di sini:


Sebagai santri dari salah satu pendiri NU, KH.As'ad Syamsul Arifin Situbondo,sejak "boyong" dari pesantren, beliau begitu istiqamah mengikuti jejak gurunya, aktif sebagai tokoh agama yang menggerakkan amaliyah dan Harakah NU, secara kultural maupun struktural. Secara struktural, hingga akhir hayatnya ini, beliau tercatat sebagai Katib Syuriyah PCNU Kubu Raya, bersama Habib Toha Al-Jufri sebagai Rais nya, KH Abdussalam Syam sebagai Ketua Tanfidziyah dan Gus Edi Jenggot Ambawang Raya sebagai sekretaris nya.

Dedikasi beliau dalam menyebarkan dan mengawal paham Ahlussunah wal Jamaah di bumi Borneo sudah tak perlu diragukan lagi. Banyak kalangan yang "angkat topi" melihat kegigihan dan ketulusan beliau saat berkhidmat pada NU, dan agama.

Maka tak heran, di detik-detik akhir kehidupannya, beliau masih nampak mengenakan kaos NU, bukti kecintaannya yang di bawa hingga wafat. Bahkan, tak lama sebelum beliau menghembuskan nafas yang terakhir, beliau sempat bilang sama anggota keluarganya yang setia menjaganya; "saya barusan sudah selesai mengaji pada guruku; KH.As'ad Samsul Arifin, dan saya akan pergi jauh bersama beliau".

Duh...begitu mulianya akhir hidupmu, hingga engkau dijemput langsung oleh guru agungmu 

Beliau mengalami masalah kesehatan sudah sejak beberapa tahun yang lalu. Penyakit diabetes yang dideritanya, telah banyak menghambat aktifitasnya. Namun saat berhubungan dengan kegiatan NU, apalagi penanaman paham ASWAJA, maka semua rasa sakitnya akan beliau kesampingkan, tubuhnya kembali bugar, tanpa beban, seakan tidak ada sedikitpun penyakit yang beliau rasakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline