Lihat ke Halaman Asli

Buhori

Pemerhati Pendidikan

Etika Menulis dan Membagikan Tulisan di Media Sosial

Diperbarui: 7 Maret 2023   15:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Memasuki era digital ini, kita banyak dihadapkan dengan sesuatu yang serba digital. Dulu, lazimnya tulisan-tulisan hanya tertera di lembaran-lembaran kertas, dan pendistribusiannyapun melalui media-media cetak. Saat ini, era itu sudah mulai berganti. Tradisi menulis telah mengalami perubahan signifikan seiring dengan kemajuan teknologi dan kepopuleran media sosial. Di era digital, orang sekarang lebih sering menulis di media sosial seperti Facebook, whatshApp, Twitter, Instagram, atau platform lainnya.

Tulisan yang dibagikan di media sosial dapat berupa opini, cerita, pengalaman pribadi, atau berita terkini. Hal ini memberikan kesempatan bagi orang untuk mengekspresikan diri mereka dan memperluas jangkauan pembaca mereka. Sementara bagi sebagian orang yang merasa kesulitan untuk merangkai kalimat dan membuat sebuah tulisan, maka lazimnya mereka dapat meng-share atau membagikan tulisan-tulisan yang dianggap menarik dan bermanfaat melalui akunnya. Nah..dalam konteks inilah diperlukan adanya etika, baik bagi penulis dalam sebuah platform, maupun para pengikut yang membagikannya.

Salah satu etika yang sangat penting dilakukan oleh penulis maupun pe-ngeshare sebuah tulisan adalah dengan menuliskan sumber tulisan, atau -jika hanya pembagi- menyebut penulis asli dari sebuah status maupun tulisan yang dibagikan. Hal kecil ini kadang oleh sebagian kalangan dianggap sepele dan luput dari perhatian.

Mengutip sumber atau menyebutkan nama penulis sangatlah penting dalam berbagi tulisan. Hal ini bukan hanya menunjukkan bahwa kita menghargai hak cipta dan intelektualitas orang lain, tetapi juga membantu membuktikan bahwa tulisan yang dibagikan memiliki dasar yang kuat.

Dengan menyebutkan sumber atau penulis, orang yang membaca tulisan juga dapat menemukan sumber asli dan mengetahui kebenarannya. Ini juga membantu mencegah penyebaran informasi yang salah atau tidak akurat.

Dengan menghargai hak cipta dan intelektualitas orang lain, serta memberikan kredit yang pantas kepada sumber atau penulis, setidaknya kita dapat membantu membangun lingkungan berbagi informasi yang positif dan membangun komunitas yang saling menghargai di media sosial atau di internet.

Dalam terminologi agama, kejujuran ilmiah dengan mencantumkan sumber atau penulis asli tidak hanya diposisikan sebagai bentuk penghargaan ilmiah, namun juga sebagai salah satu kunci keberkahan ilmu dan kemanfaatan dari sebuah perkataan, teks, ataupun tulisan yang dibagikan.

Tercatat, banyak para ulama terdahulu yang memberikan penegasan mengenai urgensi pencantuman sumber kutipan ataupun author dari sebuah tulisan. Imam Ibnu Abdil Barr (w. 436 H) menegaskan:

  :   ( 2/89)

"Termasuk kunci keberkahan ilmu adalah menuliskan penutur aslinya (sumbernya)".

Imam al-Qurthuby (w. 671) dalam pengatar kitab Tafsirnya juga menyatakan hal yang sama:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline