Lihat ke Halaman Asli

MIHDAR

Volunteer

Kalau Ingin Pintar Jangan Alergi dengan Perbedaan

Diperbarui: 21 Desember 2024   20:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warga negara India, Arab Saudi, dan Indonesia berkumpul dalam satu kantor 

Indonesia adalah negara yang subur, semua jenis tumbuhan bisa tumbuh dan berbuah, jangankan sengaja ditanam tanpa sengaja ditanam pun banyak pepohonan tumbuh besar. Apapun yang diinginkan dari jenis tumbuhan semua pasti ada.

Ketika kita memasuki sebuah perkebunan akan kita dapatkan berbagai macam tumbuhan yang berbuah dengan aneka macam buahnya, kita tinggal piliha buah mana yang kita suka.

Gambaran tersebut sebagai suatu gambaran akan pola pikir dan pendapat yang kita dapatkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Rambut sama hitam kepala sama tinggi duduk sama rendah tetapi pendapat pasti akan berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang akan membuat harmoni kehidupan menjadi terjaga manakala disikapi dengan dewasa dan pikiran yang tenang.

Begitupun dalam pemikiran Islam, baik pemikiran aspek teologi apalagi syariat pastinya akan kita temukan ragam corak pendapat. Keragaman corak pemikiran dan pendapat tersebut tidak tidak lepas dari kondisi, situasi, dan waktu serta tempat tempat.

Ketika dihadapkan pada ragam pendapat dan pemikiran, hendaknya kita jangan gagap apalagi reaktif, bahwa pendapat yang tidak sejalan dengan pendapat kita pendapat tersebut pendapat yang salah bahkan sesat, ini sangat berbahaya.

Ulama-ulama dahulu biasa-biasa aja belajar kepada orang yang berbeda mazhab dengan mereka, bahkan beda agama. 

Dahulu, syaikh Abdul Qahir Jurjani, peletak ilmu Balaghah yang berakidah Asyari itu belajar kepada syaikh Abu Ali Alfarisi, seorang ulama Lughah yang berakidah Syiah. Saya bertanya ke syaikh Fauzi Konate soal ke-syiah-an Abu Ali Alfarisi, syaikh Fauzi menyatakan benar beliau adalah syiah, tapi syiah yang Imamiyah. Bahkan Al-Farabi dulu belajar kepada Yunus Bin Mata, Filsuf Kristen. 

Dulu, Khawajah Nashiruddin al-Thusi, ulama, dokter, filsuf, astronom yang bermazhab Syiah belajar kepada Al-Abhari, murid Fakhruddin Razi yang bermazhab sunni. Khawajah Nashiruddin al-Thusi juga guru bagi ulama-ulama besar ahlussunnah waljamaah, seperti Quthbuddin Syirazi, Al-Katibi. 

Taj Subki dulu belajar ke Al-Zahabi, murid Ibnu Taimiyah, padahal kedua mazhab mereka beda. 

Dari dulu ulama mengajarkan tidak fanatik, meskipun mereka beda mazhab bahkan agama. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline