PERTANIAN ORGANIK MENGUNTUNGKAN, KENAPA KURANG DIMINATI?
Pembaca ada yang pernah berwisata ke Sumber Air Panas Cangar, Kota Batu? Atau pagi-pagi ada yang pernah jalan-jalan di pematang sawah di daerah Pujon, Kabupaten Malang? Melewati tengah hamparan tanaman kentang, tomat, gubis. Pernahkah?
Indah sekali bukan?
Tapi di antara indahnya kehijauan tanaman itu, tercium sangat tajam bau pestisida. Jangankan berjalan melewati pematang sawah, di atas kendaraan saja bau itu sangat menyengat. Penyemprotan pestisida itu selain menyebabkan polusi udara juga menyebabkan polusi pada tanah dan meninggalkan residu kimia berbahaya di tanaman.
Penggunaan pestisida besar-besaran hampir di seluruh lahan subur di indonesia banyak di pengaruhi gerakan Revolusi Hijau yang ada di Negara berkembang di Asia juga di Indonesia tahun 1950 sampai 1980.
Di Indonesia gerakan ini dikenal sebagai gerakan Bimas (bimbingan masyarakat) dengan program yang di sebut Panca Usaha Tani. Panca usaha tani meliputi: pengolahan tanah yang baik, pemilihan bibit unggul, pemupukan yang tepat, pengendalian hama penyakit dan pengairan yang baik.
Gerakan Bimas memang telah mengantarkan Indonesia menjadi Negara swasembada beras pada 1984 sampai 1989. Setelah itu justru Indonesia harus impor besar-besaran dari Negara lain. Di tambah lagi dengan mindset petani yang menjadi tergantung pada obat-obatan pertanian, meskipun seringkali pupuk dan obat pertanian mahal dan langka.
Pada 1976 Lady Eve Balfour membawa hasil penelitian yang menyatakan ada hubungan antara kesehatan manusia dan produksi pangan. Pangan yang di kelola secara anorganik jika di konsumsi manusia secara terus menerus akan mengakibatkan penurunan kesehatan. Setelah publikasi penelitian Balfour konsumen mulai peduli untuk mengkonsumsi makanan bebas pestisida.
Kelebihan pertanian organik, pertama, harga jual lebih tinggi. Harga jual pertanian organic lebih tinggi daripada pertanian anorganik. Saat ini harga beras anorganik Rp. 10.000 hingga Rp. 12.000 per kg. Bandingkan dengan harga beras merah organik Rp. 24.000 hingga Rp. 30.000 per kg.
Kedua, menghasilkan makanan sehat. Pertanian organik bebas dari residu kimia yang terpapar pada tanaman. Seringkali sayur pertanian organik lebih jelek tampilannya dengan banyak lubang gigitan serangga, tapi itu sebenarnya lebih bagus daripada sayuran yang utuh, serangga pun tidak menyukainya.
Ketiga, Biaya operasional lebih rendah. Biaya pertanian lebih rendah daripada pertanian anorganik. Pertanian organik semua tanaman sisa dari panen akan di kembalikan ke tanah dengan di buat kompos. Pertanian organik juga memanfaatkan kotoran hewan untuk menambah nutrisi tanah.