Lihat ke Halaman Asli

Imam Maliki

Manusia yang ingin berbuat lebih, melebihi rasa malas

Budaya Literasi Dimulai dari Rasa Senang

Diperbarui: 24 Februari 2018   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

"Seberapa suka anak membaca, itu tidak lepas dari peran ibu rumah tangga" kata Eko Cahyono membuka paparan pada acara Parenting yang di selenggarakan MI Insan Kamil Desa Tulusayu  Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang pada Jumat (23/02/2018). Tema yang dibuat pun sangat menarik yaitu Menggiatkan Literasi dan Minat baca Anak Zaman Now.

                Menurut Eko Cahyono minat anak membaca bisa di latih sejak kecil. Jika para ibu dapat jatah belanja dari suami sebaiknya tidak semua di belanjakan untuk kebutuhan sehari-hari, perlu di sisakan untuk membeli buku bacaan anak. Bacaan yang bagus untuk anak ialah yang bacaan yang banyak terdapat gambar. Anak  tertarik cerita yang  gambarnya bagus. Jika sudah melihat gambar dengan perasaan senang, nantinya tulisan di gambar itu juga akan di baca.

                Eko Cahyono adalah pegiat literasi dari Desa Sukolilo Kecamatan Jabung Kabupaten Malang. Kiprahnya sudah di akui secara nasional. Undangan mengisi acara inspiratif di TV semacam Kick Andy dan Mata Najwa sudah pernah dilakukan. Undangan berbagi inspirasi secara offline di kampus dan komunitas nyaris tiap hari.

Perjuangannya di mulai dengan memajang majalah-majalah yang dia punyai di sebuah tempat kecil berdinding bambu. Berurusan dengan polisi menjadi pengalaman pahit di awal-awal merintis sebagai pustakawan independen.  Bukan karena berbuat kriminal, tapi karena majalah dan buku yang dia pajang dianggap meresahkan masyarakat. Majalah playboy, femina, cosmolita, buku kamasutra, novel karya Marga T, Mara W dan lainnya tidaklah layak untuk di baca.

                Cerita memilukan pernah terjadi ketika dia memajang bukunya sejumlah 2000 buah di sebuah balai RW di sebuah desa yang kehidupannya agamis. Tidak berselang lama masyarakat mengeluarkan ribuan buku ke halaman balai RW dan membakarnya. Beberapa minggu berikutnya Eko melakukan kegiatan yang sama , memajang bukunya di balai RW, tidak lama kemudian bukunya dikeluarkan dan dibakar. Pada kedatangan yang ketiga Eko membawa ratusan buku agama. Eko kaget, ternyata respon masyarakat sangatlah bagus, mereka berduyun-duyun meminjam buku agama itu. 

Akhirnya Eko paham, masyarakat akan cenderung berminat pada buku yang di sukainya. Masyarakat yang agamis harus di beri bacaan yang agamis pula. Masyarakat yang bekerja sebagai petani lebih suka bacaan tentang pertanian. Anak-anak lebih suka bacaan yang banyak gambarnya. Anak remaja suka pada bacaan novel.  Kini koleksi buku di perpustakaan yang di kelola Eko Cahyono sebanyak 21.000 buku.

                Menurut Eko, perpustakaan haruslah di buat semenarik mungkin. Jangan banyak aturan di perpustakaan. Jika perlu sediakan peralatan yang menarik pengunjung perpustakaan untuk mencoba. Sediakan gitar bagi anak muda yang suka musik. Sediakan buku gambar plus crayon untuk anak-anak. Sediakan peralatan memasak, agar ibu-ibu bisa langsung praktik memasak. Sediakan makanan camilan untuk menemani membaca. Jangan ada tarif untuk buku yang dipinjam. Jangan batasi jumlah buku yang dipinjamkan. Jangan ada batasan waktu pengembalian. Jangan ada denda ketika buku rusak.

                Anak harus lebih didekatkan pada buku daripada HP. Buku dan majalah yang berserakan di dalam rumah lebih baik, daripada rumah terlihat bersih tapi penghuni rumah sibuk dengan gadget dan TV. Jika sedari kecil anak sudah di biasakan membaca, maka dia akan resah ketika dia tidak menemukan bacaan. Ketika anak berhasil melakukan capaian, hadiahi anak dengan buku. Ajak anak untuk berwisata ke toko buku, biarkan anak memilih buku sesuai dengan minatnya.

                Akhirnya, buku adalah pintu peradaban. Biarkan pintu itu terbuka, agar nilai-nilai bisa menyebar keseluruh penjuru.  wassalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline