Kumuh, pesing, rumah padat berhimpitan, tiap waktu para ibu-ibu ngrumpi sambil mencari kutu rambut. Ditengah-tengahnya mengalir sungai Brantas berwarna kecoklatan bercampur sampah. Kadangkala perkelahian antar warga terjadi.
Jika anda dari kesatrian markas Arhanud 2 Kostrad menuju terminal gadang cobalah melewati jembatan dan tengok ke kiri dan kekanan. Seakan daerah itu tidak tersentuh pemerintah. Tapi itu 2 tahun lalu.
Sekarang 180 derajat. Disisi kiri jembatan bagian utara sungai terdapat kampong tridi (3 dimensi) dan bagian selatan sungai terdapat kampong warna-warni. Di kampung tridi terlihat bersih, penuh gambar 3 dimensi, nyaris tidak ada satupun sampah berceceran, tidak ada bau pesing, pemilik rumah tersenyum ramah. Pemuda bertato yang dulunya serem, kini ramah mengatur parkir sepeda motor.
Maka tak aneh, jika anda menengok media social, anak muda banyak yang berfoto dengan latar belakang hiu, burung garuda, sungai yang mengalir deras. Yah, foto itu banyak yang di ambil di kampong ini.
Kampung tridi di resmikan pada 4 September 2016, bermula dari tugas mata kuliah Public Relationspada Fakultas Ilmu komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang. Beberapa mahasiswa UMM menggandeng CSR pabrik cat yaitu PT. Indana Paint untuk menyediakan cat dan perkumpulan warga untuk menggarap proyek itu.
Kampung yang dulu tidak layak huni, sekarang berjubel wisatawan datang. Tidak hanya wisatwan domestik, tapi juga wisatawan mancanegara. Penulis sebelum menulis artikel ini baru saja mengantarkan wisatawan dari prancis.
Kesiapan kampung jodipan sebagai destinasi wisata baru di Kota Malang terlihat dengan hadirnya jembatan kaca. Jembatan kaca ini menghubungkan kampong tridi di sebelah utara sungai brantas dan kampong warna-warni di sebelah selatan sungai. Jembatan ini merupakan jembatan kaca pertama di Indonesia diresmikan pada akhir oktober 2017.
Manfaat adanya kampung tridi ini selain dinikmati wisatawan, juga meningkatkan taraf hidup masyarakat. Mengurangi angka pengangguran yang otomatis menekan tindakan kriminal. Masyarakat menjadi terbiasa hidup bersih, karena pengunjung akan menyusuri gang-gang sempit, sehingga tingkat kesehatan juga meningkat.
Seperti efek domino, dibukanya kampong tridi membuka juga peluang-peluang kesejahteraan disekitarnya. Disisi barat jembatan dahulu juga sama dengan kampong tridi dan kampong warna-warni termasuk daerah kumuh. Sekarang mulai berbenah, seluruh rumah di cat berwarna biru sehingga di sebut kampong biru atau kampong Arema.
Keberhasilan kampong tridi memikat kehadiran wisatawan, tidak boleh membuat warga jodipan dan pemerintah kota malang berpuas diri. Harus ada perbaikan berkala, selain memperbarui karakter gambar dengan cat yang lebih baru harus ada penambahan objek wisata baru di sekitar. Bisa jadi permainan anak, flying fox atau kolam renang. Sehingga dengan adanya inovasi baru pengunjung tidak bosan untuk kembali lagi.
Disulapnya kampung kumuh itu tidak bisa di pungkiri juga salah satu keberhasilan pemerintahan kota malang yang giat membangun destinasi wisata baru dikota Malang. Taman-taman baru banyak bermunculan di kota Malang sebut saja, taman Merbabu, taman Singha, Taman kunang-kunang, Taman idjen Boulevard, Taman cerdas trunijoyo.