Lihat ke Halaman Asli

Ferry Aldina

Writerpreneur I Islamic Parenting Blogger

Membaca Virus Mutasi dengan Kacamata Literasi

Diperbarui: 5 Januari 2021   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

literasi digital (sumber: pingpoint.com)

Berita awal tahun memang selalu bikin heboh. Masih ingat tahun 2020 ketika hujan lebat yang menjadi musibah banjir awal tahun 2020. Dan kini di awal tahun 2021, berita virus mutasi covid-19 membuat kekacauan di segala penjuru bangsa.

Ya, pandemi ini belum berakhir tetapi masih saja disuguhi berita-berita yang membabi buta. Saya belum membahas virus mutasi, ya. Tetapi sebelum jauh ke sana mari kita telisik dulu bagaimana karakter Indonesia memahami sebuah berita.

Dilansir dari data Centre for International Governance Innovation (CIGI) IPSOS 2017, Dirjen Aptika Kemkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan bahwa 65% pengguna internet di Indonesia paling mudah percaya dengan berita bohong. Angka ini menunjukkan Indonesia sebagai negara yang paling percaya hoax , disusul oleh Amerika Serikat dengan 53%, Perancis sekitar 43%, dan Jepang lebih rendah hanya 32%.

Salah satu sebab utama mengapa warga net, khususnya netizen Indonesia, mudah sekali percaya dengan berita yang belum benar kevalidannya adalah minimnya pemahaman tentang literasi digital.

Rentetan berita hoax  yang menghiasi jendela tahun 2020. Lucunya, saya sempat menerima kabar burung yang menyatakan bahwa "helikopter Malaysia dan Singapura akan semprotkan virus corona Covid-19 dari udara". Tentu berita ini sangat kocak dan layak diganjar standing applause.

Saya kira tidak akan ada percaya. Nyatanya, setelah saya keluar pintu ingin melihat udara luar. Tiba-tiba, tetangga segera mencegah

"Jangan dulu keluar, Fer. Bentar lagi jam 11 ada helikopter!"

Oh My God! Ternyata pikiran saya salah selama ini. Berita-berita yang membuat chaos masyarakat ternyata tidak hanya dipampang di website  atau di page facebook. Ia sudah menyebar ke grup-grup whatsapp ibu-ibu komplek.

Perlahan ia masuk ke dalam pikiran emak-emak. Lalu menghipnotis alam bawah sadarnya. Seketika menyebarkan pesan berantai ke grup-grup lain. Sebelumnya suami dan anak telah menjadi penerima informasi pertama. Dan jadilah semua keluarga tidak keluar rumah hari itu juga.

"Gak mungkin lah. Itu kan berita hoax."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline