Lihat ke Halaman Asli

Ferry Aldina

Writerpreneur I Islamic Parenting Blogger

Berawal dari Futsal, Tumbuhlah jadi Penulis

Diperbarui: 15 Mei 2016   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pelatihan peradana Pramuda 13 FLP (dok.pri)

Asma Nadia, Habiburahman El Shirazy, Helvy Tiana Rosa, Salim A Fillah. Deretan nama – nama penulis terkenal yang sudah tidak asing lagi di dunia kepenulisan. Kadang kita melihat kesuksesan seseorang itu dari hasil akhirnya saja. Jarang melihat keberhasilan dari prosesnya. Kesuksesan dari seorang penulis terkenal tersimpan indah kenangan pahit di dalam pengalaman hidupnya.

Hari minggu tanggal 15 Mei 2016 adalah hari pertama saya bergabung bersama Forum Lingkar Pena. Hari itu juga bertepatan dengan jadwal futsal rutin. Biasalah laki – laki kan kalo hobinya rata – rata sepak bola. Termasuk saya.

Keawaman saya dalam dunia kepenulisan memang sudah tidak diragukan lagi. Makanya saya bergabung bersama Forum Lingkar Pena. Niat yang paling utama itu ilmu. Menjadi penulis itu butuh ilmu. Bersyukur ada Forum Lingkar Pena sebagai wadah keilmuannya. So, saya manfaatin diri saya untuk terlibat langsung bersama Forum Lingkar Pena.

Kak Sudiyanto, Ketua FLP Jakarta Raya, pemateri ke-FLP-an dan keorganisasian. Itulah materi pertama bagi Pramuda FLP, tingkatan pertama untuk pemula di komunitas FLP. Pokoknya luar biasa kena banget materinya. Empat hal yang harus selalu diutamakan dalam dunia kepenulisan. Mental yang perlu disiapkan, Menentukan jam kerja menulis, konsisten, dan jadikan kebiasaan.

Empat hal itu yang perlu diperhatikan ketika kita memutuskan untuk concern untuk menulis. Bekal utama untuk pemula seperti saya. Disamping itu juga kita harus memiliki warna FLP. Warna FLP itu adalah nilai. Menulis harus mempunyai nilai positif dan mencerahkan. Itulah tujuan utama dalam menulis. Jangan sekali – kali buat tulisan yang tidak bermanfaat. Dapet pahala enggak, bikin sakit hati orang bisa jadi. Hadeuuh

Dzuhur di Masjid Unisma Bekasi, Tepat 2 jam lagi futsal dimulai. Hehe malah fokus ke futsal. Setelah dzuhur, Kak Sudiyanto melanjutkan dengan sesi tanya jawab. Sekitar satu jam Pramuda antusias bertanya tentang FLP dan juga unek – unek dalam menulis. Mulai dari menumbuhkan minat membaca, respons FLP terhadap kebijakan pemerintah, ada juga yang bertanya tentang penerbitan. Luar biasa!

Alhamdulillah selesai juga pelatihan perdana. Langsung bersiap menuju kosan, ambil sepatu futsal, tancap gas ke tambun. Alih – alih kalem bawa motor, eh ternyata bener – bener kalem banget alias macet. 45 menit ke tempat futsal padahal biasa ditempuh 15 menit saja.

Alhasil, futsal pun tetap berjalan. Telat setengah jam. Tapi tetep berkeringat karena bukan gara – gara maen 2 jam. Tapi kecapekan. Baru maen 10 menit, udah ngos – ngosan. Efek vakum sebulan dari lapangan. Ditambah lagi si otong kena tembakan dari jarak dua jengkal. Gak usah dibayangin tapi cukup diprihatinkan. Hehe. Hari yang perfect.

Berawal dari futsal, perlu adanya manajemen waktu untuk menjadi penulis. Perlu adanya manajemen resiko juga. Banyak rintangan yang siap untuk dihadapi.

Berawal dari futsal, saya mencoba menghitung waktu dan membuat timeline. Menulis dan refreshing. Otak yang digunakan untuk menulis datang dari otak yang fresh.

Berawal dari futsal, saya memahami untuk jadi penulis itu butuh keseriusan dan kesiapan. Futsal pun kalau tidak siap bahkan meleng aja beberapa detik, mungkin tragedi tembakan dua jengkal bakal terulang kembali.

Sekian dari saya. Terima kasih buat yang udah baca.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline