Lihat ke Halaman Asli

DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA

Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Orientalisme: Menggugat Hegemoni Barat

Diperbarui: 6 Agustus 2024   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://m.kumparan.com/inas-bilqis-a/edward-wadie-said-dan-pemikirannya-1un26p17ad7

Orientalisme adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Edward Said dalam bukunya yang terkenal, "Orientalism", yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1978. Buku ini membuka pandangan kritis terhadap bagaimana Barat, atau lebih tepatnya para intelektual, penulis, dan pembuat kebijakan Barat, memandang dan menggambarkan Timur, yang sering disebut sebagai 'Orient'. Dalam karya monumentalnya, Said mengeksplorasi bagaimana representasi ini tidak hanya bersifat deskriptif tetapi juga normatif, menciptakan dan memperkuat kekuasaan kolonial dan hegemoni budaya Barat atas Timur.

Edward Said, seorang akademisi kelahiran Palestina, memperkenalkan orientalisme sebagai cara pandang dan disiplin akademis yang membentuk bagaimana dunia Barat memahami dan memperlakukan dunia Timur. Menurut Said, orientalisme bukanlah suatu bentuk pengetahuan yang netral atau obyektif. Sebaliknya, orientalisme adalah sebuah proyek ideologis yang digunakan oleh kekuatan kolonial untuk membenarkan dan mempertahankan dominasi mereka atas bangsa-bangsa Timur.

Orientalisme, dalam pandangan Said, adalah cara Barat meneguhkan identitasnya sebagai rasional, maju, dan superior dengan mengkontraskan dirinya terhadap Timur yang digambarkan sebagai irasional, primitif, dan inferior. Dengan kata lain, Timur dijadikan 'yang lain' dalam konstruksi identitas Barat. Representasi ini tampak dalam berbagai bentuk karya sastra, seni, dan penelitian akademis yang menggambarkan Timur sebagai eksotis, misterius, dan berbahaya.

Said menyoroti bahwa orientalisme bukan hanya sekedar distorsi atau stereotip, tetapi merupakan mekanisme kekuasaan yang memiliki implikasi nyata dalam hubungan politik dan sosial. Melalui narasi orientalis, Barat memperoleh justifikasi moral dan intelektual untuk mendominasi, mengeksploitasi, dan menguasai Timur. Orientalisme menjadi bagian integral dari proyek kolonialisme, di mana pengetahuan yang dihasilkan tentang Timur digunakan untuk mengendalikan dan menundukkan masyarakat Timur.

Dalam buku "Orientalism", Said memberikan banyak contoh bagaimana orientalisme beroperasi dalam karya-karya sastra dan ilmiah. Ia menganalisis karya-karya para penulis seperti Rudyard Kipling, E.M. Forster, dan T.E. Lawrence yang menggambarkan Timur sebagai tempat yang eksotis namun tidak beradab, membutuhkan bimbingan dan kontrol dari Barat. Said juga mengkritik para orientalis seperti Bernard Lewis yang, menurutnya, memanfaatkan pengetahuan akademis mereka untuk mendukung kebijakan imperialistik Barat.

Said juga menunjukkan bagaimana orientalisme terus hidup dan berkembang dalam konteks kontemporer. Meskipun kolonialisme klasik telah berakhir, pola pikir orientalis tetap ada dalam bentuk-bentuk baru, seperti kebijakan luar negeri negara-negara Barat terhadap Timur Tengah dan representasi media tentang dunia Islam. Representasi yang simplistik dan stereotipik tentang dunia Timur sebagai ancaman terus digunakan untuk membenarkan intervensi militer dan kontrol politik oleh negara-negara Barat.

Salah satu aspek penting dari kritik Said terhadap orientalisme adalah seruannya untuk mengakui dan menghargai keberagaman dan kompleksitas budaya Timur. Ia menekankan pentingnya mendengarkan suara-suara dari Timur itu sendiri dan menghindari pandangan yang reduksionis dan homogen. Dengan demikian, Said mengajak kita untuk melakukan dekolonisasi pengetahuan dan menggugat struktur kekuasaan yang melanggengkan ketidakadilan global.

Buku "Orientalism" telah menjadi salah satu karya paling berpengaruh dalam kajian postkolonial dan studi kritis. Ia membuka jalan bagi berbagai macam penelitian yang mengkritisi cara pandang Barat terhadap Timur dan memperkaya pemahaman kita tentang dinamika kekuasaan global. Pemikiran Said menginspirasi banyak akademisi dan aktivis untuk menantang hegemoni Barat dan memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bagi masyarakat yang pernah menjadi korban kolonialisme.

Namun, tidak sedikit pula kritik yang dilayangkan terhadap karya Said. Beberapa akademisi berpendapat bahwa Said terlalu menyederhanakan dan menggeneralisasi pandangan orientalis, serta mengabaikan kontribusi positif dari studi oriental dalam memahami budaya Timur. Selain itu, ada yang mengatakan bahwa Said sendiri kadang-kadang terjebak dalam dikotomi antara Barat dan Timur yang ia kritik.

Terlepas dari kritik-kritik tersebut, pengaruh Edward Said dan konsep orientalisme tetap kuat dan relevan hingga hari ini. Orientalisme mengajarkan kita untuk lebih kritis terhadap narasi-narasi dominan yang sering kali kita terima begitu saja, dan untuk selalu mempertanyakan siapa yang memiliki kekuasaan dalam memproduksi pengetahuan dan representasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline