Lihat ke Halaman Asli

DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA

Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Marhaenisme Mengkaji Pasifisme

Diperbarui: 23 Juli 2024   05:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

### Marhaenisme Mengkaji Pasifisme

**Pendahuluan**

Marhaenisme, sebagai ideologi yang diusung oleh Soekarno, menekankan pada pentingnya pemberdayaan rakyat kecil dan keadilan sosial. Sementara itu, pasifisme adalah filosofi yang menolak penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan konflik dan mendorong penyelesaian damai. Dalam konteks ini, menarik untuk mengeksplorasi bagaimana Marhaenisme mengkaji dan berinteraksi dengan prinsip-prinsip pasifisme serta implikasinya bagi masyarakat Indonesia.

**Marhaenisme dan Nilai-Nilai Pasifisme**

Marhaenisme dan pasifisme memiliki titik temu dalam beberapa aspek penting, terutama dalam hal mempromosikan keadilan sosial dan perdamaian. Soekarno, dalam banyak pidatonya, menekankan pentingnya perjuangan tanpa kekerasan untuk mencapai kemerdekaan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Ia percaya bahwa revolusi sosial harus dilakukan dengan cara yang mengedepankan moralitas dan kemanusiaan.

Pasifisme, dengan penolakannya terhadap kekerasan, sejalan dengan cita-cita Marhaenisme untuk menciptakan masyarakat yang adil dan damai. Pasifisme mendorong penyelesaian konflik melalui dialog, negosiasi, dan pemahaman bersama, yang juga merupakan nilai-nilai yang dianut oleh Marhaenisme. Kedua ideologi ini sama-sama menginginkan perubahan sosial yang mendalam, namun melalui cara-cara yang tidak merusak tatanan sosial dan kehidupan manusia.

**Pasifisme dalam Konteks Perjuangan Kemerdekaan**

Perjuangan kemerdekaan Indonesia sering kali dikaitkan dengan penggunaan kekuatan fisik melawan penjajah. Namun, ada banyak contoh di mana pendekatan pasifis juga digunakan. Soekarno dan para pendiri bangsa lainnya sering kali menekankan pentingnya persatuan dan gotong royong, yang pada dasarnya adalah prinsip-prinsip non-kekerasan. Mereka menyadari bahwa untuk mencapai kemerdekaan sejati, rakyat harus bersatu dalam semangat kebersamaan dan solidaritas.

Marhaenisme, dengan fokusnya pada rakyat kecil, melihat bahwa kekerasan hanya akan memperburuk penderitaan kaum marhaen. Oleh karena itu, pendekatan pasifis dalam perjuangan kemerdekaan tidak hanya merupakan strategi moral, tetapi juga pragmatis. Hal ini dapat dilihat dari berbagai gerakan sosial yang menggunakan metode non-kekerasan untuk menuntut hak dan keadilan, seperti Gerakan Mahasiswa 1966 yang berjuang melawan korupsi dan otoritarianisme.

**Pasifisme dan Keadilan Sosial**

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline