Lihat ke Halaman Asli

DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA

Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Memahami Buah Pikir Cak Nur: Islam Yes, Partai Islam No

Diperbarui: 22 Juli 2024   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

uinjkt.ac.id

Nurcholish Madjid, atau yang lebih akrab disapa Cak Nur, adalah salah satu pemikir besar Indonesia yang gagasan-gagasannya tentang Islam dan politik telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman Islam di Indonesia. Salah satu buah pikirannya yang paling kontroversial dan banyak dibicarakan adalah semboyan "Islam Yes, Partai Islam No." Semboyan ini mencerminkan pandangan Cak Nur yang mendalam tentang hubungan antara agama dan politik, serta peran partai-partai Islam dalam sistem politik Indonesia.

**Latar Belakang Pemikiran Cak Nur**

Cak Nur lahir pada 17 Maret 1939 di Jombang, Jawa Timur, dan tumbuh dalam lingkungan pesantren yang kuat. Beliau mendapatkan pendidikan Islam yang mendalam di pesantren, sebelum melanjutkan pendidikan tinggi di IAIN Jakarta dan kemudian di University of Chicago di Amerika Serikat. Pengalaman akademik dan sosialnya, baik di dalam maupun di luar negeri, membentuk pandangan dunia Cak Nur yang inklusif dan progresif.

Pada tahun 1970-an, Cak Nur mulai dikenal luas sebagai pemikir Islam yang kritis dan inovatif. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah pidato "Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat," yang disampaikan pada tahun 1970. Dalam pidato tersebut, Cak Nur menekankan pentingnya ijtihad atau penafsiran baru dalam Islam, serta integrasi umat Islam dalam masyarakat modern yang plural dan demokratis.

**Islam Yes, Partai Islam No**

Semboyan "Islam Yes, Partai Islam No" pertama kali diperkenalkan oleh Cak Nur pada tahun 1970. Semboyan ini mengundang banyak reaksi, baik yang mendukung maupun yang menentang. Untuk memahami maksud dari semboyan ini, kita perlu melihat lebih dalam pemikiran Cak Nur tentang agama dan politik.

Menurut Cak Nur, Islam adalah agama yang mengajarkan nilai-nilai universal seperti keadilan, kemanusiaan, dan kesejahteraan. Nilai-nilai ini harus diimplementasikan dalam kehidupan pribadi dan sosial setiap Muslim. Namun, Cak Nur melihat bahwa partai-partai Islam seringkali gagal menerapkan nilai-nilai ini secara konsisten dalam praktik politik mereka. Alih-alih memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi semua, partai-partai Islam cenderung terjebak dalam politik identitas dan kepentingan sempit kelompok tertentu.

Cak Nur berpendapat bahwa partai politik berbasis agama cenderung eksklusif dan dapat memecah belah masyarakat yang plural. Di Indonesia, di mana keberagaman agama, etnis, dan budaya adalah kenyataan yang tak terbantahkan, politik berbasis agama dapat menimbulkan ketegangan dan konflik sosial. Oleh karena itu, Cak Nur menyarankan agar umat Islam lebih fokus pada penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kerangka kebangsaan yang lebih luas, daripada terlibat dalam partai politik yang berbasis agama.

**Kritik terhadap Partai Islam**

Cak Nur juga mengkritik partai-partai Islam karena seringkali lebih mementingkan simbolisme daripada substansi. Misalnya, beberapa partai Islam mungkin sangat vokal tentang pentingnya penerapan syariat Islam, tetapi kurang memperhatikan isu-isu sosial ekonomi yang mendesak seperti kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan. Bagi Cak Nur, perjuangan untuk keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat adalah bagian integral dari ajaran Islam yang harus diutamakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline