Lihat ke Halaman Asli

DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA

Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Marhaenisme Mencermati Animisme, Dinamisme, dan Totemisme

Diperbarui: 22 Juli 2024   04:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Marhaenisme, sebagai ideologi yang lahir dari pemikiran Soekarno, menekankan pada keadilan sosial, kemandirian, dan kesejahteraan rakyat kecil atau kaum Marhaen. Dalam konteks Indonesia yang kaya akan keragaman budaya dan kepercayaan, termasuk animisme, dinamisme, dan totemisme, Marhaenisme memberikan pandangan yang kritis dan reflektif terhadap bagaimana kepercayaan-kepercayaan ini berinteraksi dengan kehidupan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat. 

### Animisme, Dinamisme, dan Totemisme di Indonesia

**Animisme** adalah kepercayaan bahwa roh atau jiwa ada di dalam semua benda, baik yang hidup maupun yang mati. Kepercayaan ini sangat umum di berbagai budaya suku di Indonesia, di mana roh-roh leluhur dan alam sering dipuja dan dianggap memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

**Dinamisme** mengacu pada kepercayaan bahwa kekuatan gaib atau energi supernatural dapat ditemukan di berbagai objek dan fenomena alam. Kepercayaan ini sering diwujudkan dalam praktik-praktik seperti penggunaan jimat, mantra, dan upacara ritual untuk mengendalikan atau memanfaatkan kekuatan-kekuatan tersebut.

**Totemisme** adalah kepercayaan di mana kelompok sosial atau suku mengidentifikasi diri dengan totem, yang sering kali berupa binatang atau tumbuhan yang dianggap sebagai leluhur atau pelindung. Totemisme juga umum di berbagai komunitas adat di Indonesia, di mana totem memiliki peran penting dalam struktur sosial dan identitas kelompok.

### Marhaenisme dan Perspektifnya terhadap Kepercayaan Tradisional

Marhaenisme, yang berfokus pada pembelaan terhadap kaum kecil dan tertindas, menempatkan pentingnya menghormati dan melestarikan budaya serta kepercayaan tradisional. Soekarno, sebagai penggagas Marhaenisme, sangat memahami bahwa kepercayaan-kepercayaan ini adalah bagian integral dari identitas dan kesejahteraan masyarakat adat. Dalam konteks ini, Marhaenisme mendorong penghargaan terhadap animisme, dinamisme, dan totemisme sebagai bagian dari warisan budaya yang kaya dan beragam.

Namun, Marhaenisme juga mengajukan pandangan kritis terhadap bagaimana kepercayaan-kepercayaan ini dapat digunakan atau dimanipulasi oleh kekuatan eksternal, seperti kolonialisme, kapitalisme, atau elit lokal, untuk mengeksploitasi masyarakat adat. Marhaenisme berpendapat bahwa kepercayaan tradisional harus dilindungi dari eksploitasi dan harus digunakan untuk memberdayakan masyarakat, bukan untuk memperkuat struktur kekuasaan yang tidak adil.

### Kontribusi Kepercayaan Tradisional terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi

Animisme, dinamisme, dan totemisme memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat adat di Indonesia. Misalnya, kepercayaan ini sering kali mendasari sistem pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Masyarakat yang mempraktikkan animisme atau dinamisme cenderung memiliki hubungan yang harmonis dengan alam, mengakui keberadaan roh atau energi dalam setiap aspek lingkungan mereka, dan oleh karena itu, mereka lebih berhati-hati dalam mengeksploitasi sumber daya alam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline