Lihat ke Halaman Asli

DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA

Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Digitalisasi Media: Idealisme Jurnalis di Persimpangan

Diperbarui: 21 Juli 2024   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pontas.id

Era digital telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia jurnalisme. Transisi dari media cetak ke media digital telah mengubah cara informasi disampaikan dan diterima oleh publik. Di satu sisi, digitalisasi media menawarkan kemudahan akses dan penyebaran informasi secara cepat dan luas. Di sisi lain, idealisme jurnalis sering kali berada di persimpangan antara tuntutan komersial dan tanggung jawab moral untuk menyajikan berita yang akurat, mendalam, dan tidak bias.

#### Transformasi Media dan Tantangan Baru

Digitalisasi media memungkinkan berita disampaikan secara real-time, memungkinkan jurnalis untuk memperbarui informasi secepat mungkin. Ini merupakan keuntungan besar dibandingkan dengan media cetak yang memerlukan waktu lebih lama untuk produksi dan distribusi. Namun, kecepatan ini sering kali mengorbankan kualitas dan ketelitian. Dalam upaya untuk menjadi yang pertama, banyak media digital yang mengorbankan prinsip-prinsip dasar jurnalisme seperti verifikasi dan keseimbangan.

Tekanan untuk menghasilkan klik dan tayangan sering kali mendorong jurnalis dan redaksi untuk memilih berita-berita sensasional yang menarik perhatian, meskipun mungkin tidak sepenuhnya akurat atau penting. Algoritma media sosial yang memprioritaskan konten yang paling banyak dibagikan dan diberi "like" juga berperan dalam memperburuk masalah ini. Akibatnya, berita-berita yang seharusnya informatif dan mendidik sering kali tergeser oleh konten yang menghibur atau memicu emosi.

#### Idealisme Jurnalis di Tengah Tekanan Komersial

Idealisme jurnalis adalah tentang menyampaikan kebenaran, menjaga integritas, dan berpegang pada prinsip-prinsip etika jurnalisme. Namun, dalam era digital ini, idealisme tersebut sering kali diuji oleh tekanan komersial. Media digital yang bergantung pada pendapatan iklan harus memastikan mereka mendapatkan lalu lintas yang tinggi untuk menarik pengiklan. Ini berarti berita yang dipilih untuk dipublikasikan sering kali didikte oleh potensi komersialnya daripada nilai jurnalistiknya.

Banyak jurnalis yang merasa terjebak dalam situasi ini. Di satu sisi, mereka memiliki tanggung jawab moral untuk menyampaikan berita yang akurat dan berimbang. Di sisi lain, mereka bekerja untuk organisasi yang mungkin memprioritaskan keuntungan di atas segalanya. Konflik ini dapat menyebabkan kelelahan moral dan frustrasi, karena jurnalis merasa mereka mengkhianati prinsip-prinsip yang mereka anut demi tuntutan komersial.

#### Upaya Mempertahankan Idealisme

Meskipun tantangan yang dihadapi cukup besar, banyak jurnalis dan organisasi media yang berusaha untuk mempertahankan idealisme mereka. Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan model bisnis yang tidak sepenuhnya bergantung pada pendapatan iklan. Beberapa media telah beralih ke model berlangganan atau donasi, yang memungkinkan mereka untuk lebih fokus pada kualitas konten daripada kuantitas klik.

Selain itu, pelatihan dan pendidikan terus-menerus bagi jurnalis juga penting untuk memastikan mereka tetap memegang teguh prinsip-prinsip etika jurnalisme. Media juga perlu berinvestasi dalam verifikasi fakta dan jurnalisme investigatif, yang meskipun memerlukan waktu dan sumber daya lebih banyak, akan menghasilkan berita yang lebih mendalam dan dapat dipercaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline