Lihat ke Halaman Asli

DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA

Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Kualitas Pemilu 1997 Sedikit Lebih Baik Ketimbang Pilkada Serentak 2024

Diperbarui: 9 Juli 2024   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

### Kualitas Pemilu 1997 Mungkin Masih Sedikit Lebih Baik Ketimbang Pilkada Serentak 2024

Pemilihan Umum (Pemilu) 1997 di Indonesia dikenal sebagai salah satu pemilu yang sangat kontroversial. Diadakan pada masa akhir Orde Baru, pemilu ini dipandang sebagai proses yang penuh manipulasi dan kecurangan. Namun, jika kita membandingkannya dengan Pilkada Serentak 2024, ada argumen bahwa kualitas Pemilu 1997 mungkin masih sedikit lebih baik dalam beberapa aspek. Bagaimana bisa demikian? Artikel ini akan mengulas beberapa poin penting terkait kualitas kedua pemilu ini.

#### Latar Belakang Pemilu 1997

Pada tahun 1997, Indonesia masih di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto yang sudah berkuasa selama lebih dari 30 tahun. Sistem politik yang diterapkan sangat terpusat, dengan Golongan Karya (Golkar) sebagai partai dominan yang hampir selalu memenangkan pemilu. Meski demikian, ada dua partai oposisi yang diizinkan, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), meskipun mereka sering diintimidasi dan dibatasi ruang geraknya.

#### Latar Belakang Pilkada Serentak 2024

Di sisi lain, Pilkada Serentak 2024 dilaksanakan dalam konteks yang sangat berbeda. Indonesia kini merupakan negara demokrasi dengan sistem multipartai yang relatif stabil. Pemilihan kepala daerah (Pilkada) diadakan secara serentak di seluruh negeri untuk memilih gubernur, bupati, dan wali kota. Meskipun demikian, tantangan dalam pelaksanaan Pilkada Serentak sangat kompleks, mulai dari isu logistik hingga politik uang dan manipulasi data pemilih.

#### Manipulasi dan Kecurangan

Pemilu 1997 dikenal dengan berbagai macam manipulasi dan kecurangan, seperti penggunaan dana negara untuk kampanye Golkar, intimidasi terhadap pemilih dan kandidat oposisi, serta pemanfaatan birokrasi dan militer untuk mengamankan kemenangan Golkar. Meskipun demikian, struktur pengawasan dan regulasi yang ada pada masa itu relatif lebih terkontrol, meski dikendalikan oleh pemerintah yang berkuasa.

Sebaliknya, Pilkada Serentak 2024 meskipun diadakan dalam konteks demokrasi, masih menghadapi tantangan besar terkait kecurangan. Politik uang menjadi isu utama, di mana kandidat sering kali menggunakan uang untuk membeli suara pemilih. Selain itu, manipulasi data pemilih dan penggunaan media sosial untuk menyebarkan disinformasi juga menjadi masalah serius. Dalam beberapa kasus, kecurangan ini terjadi secara masif dan terstruktur, melibatkan berbagai aktor politik dan oknum di berbagai level pemerintahan.

#### Pengawasan dan Penegakan Hukum

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline