Pemilu 1971 adalah pemilu pertama yang diadakan di Indonesia setelah berakhirnya era Orde Lama dan awal dari rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Pada pemilu ini, Golongan Karya (Golkar) tampil sebagai pemenang dominan, sementara Partai Nasional Indonesia (PNI), yang pada masa sebelumnya merupakan partai besar dengan pengaruh yang kuat, mengalami penurunan signifikan dalam perolehan suara. Mari kita memimpikan skenario di mana PNI memenangkan Pemilu 1971 dan membayangkan dampaknya terhadap lanskap politik dan sosial Indonesia.
### Latar Belakang PNI dan Pemilu 1971
PNI, yang didirikan oleh Soekarno pada tahun 1927, adalah salah satu partai politik tertua dan memiliki sejarah panjang dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada era Demokrasi Terpimpin, PNI adalah salah satu partai terbesar dan pendukung utama Presiden Soekarno. Namun, pasca G30S/PKI dan peralihan kekuasaan ke Orde Baru, PNI menghadapi tantangan besar, termasuk penurunan dukungan dan tekanan politik dari rezim baru.
### Skenario Kemenangan PNI
#### **1. Stabilitas Politik dan Reorientasi Ideologi**
Jika PNI memenangkan Pemilu 1971, Indonesia mungkin akan mengalami stabilitas politik yang berbeda. PNI, dengan ideologi nasionalisme yang kuat, akan berusaha untuk mereorientasi kebijakan negara berdasarkan prinsip-prinsip Marhaenisme yang diusung oleh Soekarno. Ini mungkin berarti:
- **Kemandirian Ekonomi**: PNI akan mendorong kebijakan ekonomi yang lebih mandiri, mengurangi ketergantungan pada investasi asing, dan memperkuat industri dalam negeri.
- **Nasionalisme**: Pemerintahan PNI akan menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa, dengan fokus pada penguatan identitas nasional dan kedaulatan negara.
#### **2. Kebijakan Sosial Pro-Rakyat**
PNI, dengan akar ideologi yang berpihak pada rakyat kecil, mungkin akan mengimplementasikan berbagai kebijakan sosial yang pro-rakyat. Ini bisa meliputi: