Lihat ke Halaman Asli

DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA

Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Di Bawah Langit yang Sama, Rasa yang Berbeda (Sebuah Monolog)

Diperbarui: 13 Juni 2024   20:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210205195232-260-602939/kesepian-pemantik-masalah-kesehatan-mental

**Di Bawah Langit yang Sama, Rasa yang Berbeda**

*Monolog oleh [Nama Karakter]*

(Di tengah panggung, [Nama Karakter] berdiri sendirian. Langit-langit panggung dihiasi proyeksi langit malam yang cerah, penuh bintang.)

[**Nama Karakter**]:

(Melihat ke atas, memandang bintang-bintang)

Langit ini. Langit yang sama yang kita pandangi bersama dulu. Di sini, di tempat ini, di bawah taburan bintang yang sama. Aku ingat betul, malam itu kau menggenggam tanganku dan berjanji, bahwa tak peduli apa yang terjadi, kita akan selalu bersama. Begitu banyak janji yang terucap di bawah langit ini. Janji yang sekarang hanya tinggal bayangan, menguap bersama angin malam.

(Tersenyum pahit, lalu menghela napas panjang)

Di bawah langit yang sama, kita mengukir mimpi-mimpi. Aku dan kau, dua jiwa yang merasa tak terpisahkan. Kita percaya bahwa dunia ini akan selalu mendukung kita. Kita percaya pada kebahagiaan yang abadi, pada cinta yang takkan pudar. Betapa naifnya aku kala itu.

(Tersenyum getir, lalu menunduk sejenak)

Waktu berjalan, dan perlahan aku mulai menyadari. Mimpi-mimpi itu mulai retak. Janji-janji mulai pudar. Kau mulai berubah, entah sejak kapan. Mungkin aku yang terlalu larut dalam harapan hingga tak melihat kenyataan. Kau, yang dulu selalu ada, mulai terasa asing. Senyummu tak lagi sama, tatapanmu mulai kosong. Di bawah langit yang sama, rasa kita mulai berbeda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline