Lihat ke Halaman Asli

DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA

Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Monolog: Aku Mendengar Tuhan Tertawa Terbahak-bahak

Diperbarui: 12 Juni 2024   11:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

**Monolog: Aku Mendengar Tuhan Tertawa Terbahak-bahak**

(Di sebuah panggung yang gelap, sebuah cahaya lampu sorot menerangi seorang pria yang duduk sendirian di sebuah kursi. Di hadapannya ada sebuah meja kecil dengan secangkir teh yang mengepul. Pria itu mengangkat kepalanya dan mulai berbicara.)

Aku mendengar Tuhan tertawa terbahak-bahak. Suaranya menggema di dalam kepalaku, memenuhi ruang di sekitarku dengan kegembiraan yang hampir tak tertahankan. Ironis, bukan? Di tengah dunia yang kacau ini, di antara segala penderitaan dan kebingungan, Tuhan memilih untuk tertawa. Dan bukan hanya tersenyum simpul atau cekikikan kecil, tapi terbahak-bahak, seolah-olah dia mendengar lelucon terbaik di alam semesta.

Awalnya, aku merasa tersinggung. Apa yang lucu? Bukankah Dia melihat apa yang terjadi di sini? Bukankah Dia menyadari kesulitan yang kita alami setiap hari? Konflik, bencana, penyakit, dan kehilangan. Bagaimana bisa Dia tertawa saat dunia terbakar?

Tapi kemudian, perlahan-lahan, aku mulai mengerti. Mungkin, hanya mungkin, tertawa adalah cara Tuhan untuk mengingatkan kita tentang sesuatu yang telah lama kita lupakan. Sesuatu yang penting, yang tertimbun di bawah tumpukan rutinitas dan keputusasaan kita.

Kita hidup dalam dunia yang penuh keseriusan. Kita terlalu sibuk mengejar mimpi, terlalu sibuk bertarung dengan kenyataan, sampai kita lupa bagaimana caranya tertawa. Kita lupa bahwa di balik setiap tantangan, ada pelajaran. Di balik setiap penderitaan, ada pertumbuhan. Dan di balik setiap kesedihan, ada harapan.

Aku membayangkan Tuhan tertawa bukan karena Dia tidak peduli. Sebaliknya, Dia tertawa karena Dia tahu kita mampu melewati semua ini. Dia tahu bahwa di dalam setiap jiwa manusia, ada kekuatan yang luar biasa, kemampuan untuk bangkit kembali, untuk menemukan cahaya di tengah kegelapan. Tertawa adalah caranya untuk mengingatkan kita bahwa kehidupan ini, dengan segala lika-likunya, tetaplah sebuah anugerah yang patut disyukuri.

Saat aku mendengar tawa Tuhan itu, aku mulai melihat segala sesuatu dengan cara yang berbeda. Ketika aku jatuh, aku tidak lagi merasa bahwa itu adalah akhir dunia. Aku melihatnya sebagai kesempatan untuk belajar, untuk menjadi lebih kuat. Ketika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana, aku tidak lagi merasa putus asa. Aku melihatnya sebagai jalan yang membawaku ke arah yang lebih baik, meski aku belum bisa melihatnya sekarang.

Tertawa bersama Tuhan mengajarkanku untuk melepaskan beban yang tidak perlu. Untuk tidak terlalu serius dalam menghadapi hidup, karena pada akhirnya, semua ini adalah bagian dari permainan yang lebih besar, permainan yang kita sebut kehidupan. Dan dalam permainan ini, kita harus belajar untuk menikmati setiap momennya, baik yang manis maupun yang pahit.

Jadi, di sini aku duduk, dengan secangkir teh yang mulai mendingin, mengingat tawa Tuhan yang menggema di dalam diriku. Aku merasa ringan, lebih bebas, dan yang terpenting, aku merasa hidup. Karena pada akhirnya, mungkin yang Tuhan ingin sampaikan adalah bahwa hidup ini tidak selalu harus tentang keseriusan dan penderitaan. Kadang-kadang, kita perlu berhenti sejenak, melihat ke atas, dan tertawa. Tertawa sepuas-puasnya, seolah-olah kita adalah bagian dari lelucon kosmik yang indah ini.

(Sorot lampu perlahan-lahan redup, meninggalkan pria itu dalam kegelapan yang tenang, namun penuh dengan kehangatan dari tawa Tuhan yang masih menggema di udara.)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline