Lihat ke Halaman Asli

DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA

Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Marhaenisme Penangkal Konsumerisme: Menggali Nilai-Nilai Kerakyatan untuk Mengatasi Budaya Konsumtif

Diperbarui: 6 Juni 2024   12:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

instagram.com/GMNI Fisipol UGM

### Marhaenisme Penangkal Konsumerisme: Menggali Nilai-Nilai Kerakyatan untuk Mengatasi Budaya Konsumtif

#### Pendahuluan

Marhaenisme, sebuah ideologi yang diperkenalkan oleh Soekarno, adalah jawaban terhadap tantangan ekonomi dan sosial di Indonesia pada masa kemerdekaan. Dalam era modern ini, di tengah gelombang globalisasi dan kapitalisme yang semakin kuat, marhaenisme dapat menjadi penangkal ampuh terhadap budaya konsumerisme yang merajalela. Artikel ini akan membahas bagaimana marhaenisme, dengan penekanan pada nilai-nilai kerakyatan dan kemandirian, mampu memberikan solusi terhadap masalah konsumtif yang semakin mengakar di masyarakat.

#### Apa itu Marhaenisme?

Marhaenisme berasal dari kisah seorang petani bernama Marhaen yang ditemui oleh Soekarno. Marhaen, seorang petani kecil, memiliki tanah, alat produksi, dan tenaga kerja sendiri, tetapi tetap hidup dalam kemiskinan. Dari kisah ini, Soekarno mengembangkan konsep marhaenisme yang berfokus pada perjuangan kelas bawah (kaum marhaen) melawan ketidakadilan ekonomi dan sosial. Ideologi ini menekankan kemandirian, keadilan sosial, dan pemerataan ekonomi.

#### Konsumerisme dan Dampaknya

Konsumerisme adalah budaya yang mendorong individu untuk terus menerus membeli barang dan jasa melebihi kebutuhan dasar mereka. Budaya ini didorong oleh kapitalisme global yang menekankan pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi yang tak terbatas. Dampak negatif konsumerisme antara lain:

1. **Ketimpangan Sosial dan Ekonomi**: Konsumerisme memperdalam kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin. Mereka yang memiliki sumber daya lebih banyak dapat terus membeli barang-barang mewah, sementara yang kurang mampu semakin tertinggal.

   

2. **Kerusakan Lingkungan**: Produksi barang-barang konsumtif sering kali tidak ramah lingkungan, menyebabkan polusi dan degradasi lingkungan yang signifikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline