### Pendahuluan
Indonesia sebagai negara dengan keragaman budaya, agama, dan etnis yang luar biasa telah melalui perjalanan panjang dalam meraih kemerdekaannya. Dua tokoh besar yang memainkan peran penting dalam perjalanan ini adalah Kyai Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), dan Soekarno, proklamator kemerdekaan dan presiden pertama Indonesia. Keduanya memiliki pandangan berbeda mengenai nasionalisme, yang dikenal sebagai "Hubb-ul-Wathan Minal Iman" dari Kyai Hasyim Asy'ari dan "Sosio-Nasionalisme" dari Bung Karno. Pertanyaannya adalah, bisakah pandangan ini bersatu dalam konteks Indonesia modern?
### Hubb-ul-Wathan Minal Iman
Hubb-ul-Wathan Minal Iman, yang berarti "Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman," adalah sebuah konsep yang diperkenalkan oleh Kyai Hasyim Asy'ari. Konsep ini menekankan bahwa kecintaan terhadap tanah air merupakan bagian integral dari keimanan seorang Muslim. Kyai Hasyim Asy'ari mengajarkan bahwa membela tanah air dari penjajah adalah kewajiban agama, dan jihad melawan kolonialisme adalah salah satu bentuk pengabdian kepada Tuhan. Pandangan ini menggabungkan antara nasionalisme dan ajaran Islam, membuatnya relevan bagi masyarakat Muslim Indonesia yang mayoritas.
### Sosio-Nasionalisme Bung Karno
Di sisi lain, Bung Karno memperkenalkan konsep Sosio-Nasionalisme, yang merupakan gabungan antara nasionalisme dan sosialisme. Bung Karno percaya bahwa kemerdekaan Indonesia harus diiringi dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Ia memandang nasionalisme sebagai alat untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang beragam, dan sosialisme sebagai jalan untuk menghapuskan ketidakadilan dan kesenjangan sosial. Sosio-Nasionalisme berfokus pada pembebasan rakyat dari penjajahan dan penindasan, serta pembangunan masyarakat yang adil dan makmur.
### Persamaan dan Perbedaan
Meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, terdapat beberapa kesamaan antara Hubb-ul-Wathan Minal Iman dan Sosio-Nasionalisme. Kedua konsep ini menekankan pentingnya cinta tanah air dan perjuangan melawan penjajahan. Namun, pendekatan keduanya berbeda. Hubb-ul-Wathan Minal Iman berakar pada ajaran Islam dan keimanan, sedangkan Sosio-Nasionalisme berlandaskan pada ideologi politik dan ekonomi yang lebih pluralistik-kerakyatan.
### Potensi Penyatuan
Mungkinkah kedua pandangan ini bersatu? Dalam konteks Indonesia modern, penyatuan kedua konsep ini bukan hanya mungkin, tetapi juga diperlukan. Nasionalisme yang inklusif dan religius dapat berjalan seiring dengan upaya menciptakan keadilan sosial. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa kebijakan dan program yang telah mengintegrasikan nilai-nilai agama dengan pembangunan nasional.