Lihat ke Halaman Asli

DIMAS MUHAMMAD ERLANGGA

Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Buruh Migran dan Persoalan Imperialisme-Nekolim

Diperbarui: 6 Februari 2024   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

solidaritasperempuan.org

Buruh migran seringkali terkait dengan persoalan imperialisme dan neokolonialisme. Negara-negara maju cenderung memanfaatkan tenaga kerja dari negara-negara berkembang dengan cara yang eksploitatif, menciptakan dinamika neokolonialisme. Kondisi ini dapat terwujud melalui perjanjian ekonomi yang tidak seimbang dan praktik eksploitasi terhadap buruh migran.

Imperialisme ekonomi dan politik dapat memperkuat ketidaksetaraan dalam hubungan internasional, menciptakan ketidakadilan dalam pembagian kekayaan dan sumber daya. Buruh migran seringkali menjadi korban dalam sistem ini, menghadapi kondisi kerja yang tidak manusiawi dan hak-hak yang terbatas.

Sebagai bagian dari perjuangan melawan imperialisme dan neokolonialisme, advokasi hak buruh migran dan peningkatan perlindungan internasional bagi mereka menjadi penting. Hal ini melibatkan kerja sama antarnegara dan upaya bersama untuk menciptakan lingkungan yang adil dan bermartabat bagi semua pekerja, tanpa memandang asal negara.

Dalam pandangan sebagian orang, terutama di kalangan pengambil kebijakan ekonomi dan politik, pengiriman tenaga kerja ke luar negeri dianggap sesuatu yang wajar. Apalagi, dalam benak mereka, dunia ini sudah semakin global dan mobilitas manusia lintas negara pun sudah sangat mudah.

Mereka yang menganggap hal itu sebagai sesuatu yang wajar mungkin juga adalah mereka yang menganggap wajar adanya ketidak-setaraan ekonomi dan sosial secara global; menganggap eksploitasi oleh negara maju terhadap negara miskin atau bekas jajahan sebagai sesuatu yang wajar.

V.I Lenin, pemikir dan sekaligus tokoh revolusi Rusia yang terkenal itu, menganggap menaiknya pengiriman buruh migran dari negara-negara terbelakang ke negeri-negeri imperialis sebagai salah satu ciri dari imperialisme. 

Di Inggris, salah satu negeri yang diteliti oleh Lenin dalam karyanya "Imperialisme Tahap Tertinggi Kapitalisme", telah mempekerjakan buruh-buruh migran dengan upah rendah.

Sedangkan buruh-buruhnya sendiri dipekerjakan sebagai pengawas atau tetap sebagai buruh tetapi dengan upah yang sangat tinggi. Lenin melihat bahwa Inggris bisa memainkan peranan itu karena beberapa hal:

1) Penghisapan atas seluruh dunia oleh negeri ini;

2) Kedudukannya yang bersifat monopoli dalam pasar dunia;

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline