Hingga saat ini Indonesia masih berjibaku untuk keluar dari kesulitan ekonomi pasca-covid 19. Sayangnya, belum ada tanda-tanda kesulitan ekonomi itu menjauh dari negeri berpenduduk lebih dari 250 juta orang ini.
Dulu Jokowi-Ma'ruf Amin diharapkan bisa menghalau kesulitan ekonomi ini. Terutama karena dia menjanjikan jalan ekonomi yang berbeda dari sebelumnya.
Maklum, pendekatan ekonomi sebelumnya, yang sangat neoliberal, hanya mewariskan sebuah bangunan ekonomi tanpa topangan yang kuat. Alhasil, sekali kena tiup resesi ekonomi dari utara, ekonomi Indonesia langsung terguncang hebat.
Dan faktanya memang demikian. Hari-hari ini kita menyaksikan ekonomi indonesia yang lesu: pertumbuhan ekonomi kurang menentu, nilai tukar rupiah melorot tak beranjak dari angka Rp 15.000 per dolar AS, nilai ekspor turun, utang luar negeri yang kian menumpuk, dan lain-lain.
Bersamaan dengan itu, kita dihidangkan dengan realitas ketidakadilan ekonomi yang makin menjauh dari cita-cita keadilan sosial. Di tahun 2023 ini, menurut laporan terbaru BPS, gini rasio Indonesia sudah 0,38.
Bagaimana kita membaca persoalan ini? Apa sebetulnya persoalan mendasar ekonomi kita? Mampukah pemerintahan Jokowi-Amin mengatasi persoalan tersebut?
Serentetan pertanyaan mendasar di atas tentu terus mengusik kita.
- Mengenai situasi ekonomi saat ini, ada yang bilang sedang terjadi krisis, sementara yang lain bilang ini hanya perlambatan.
* Secara umum, terjadi krisis Kapitalisme global yang terus berlanjut sejak 2008 hingga kini. Indonesia yang terintegrasi ke dalam pasar global, tentu ikut masuk dalam pusaran krisis. Contohnya jatuhnya harga minyak dan komoditas di pasar dunia, ikut menghantam Indonesia yang tergantung pada penjualan komoditas mentah tersebut. Di lain pihak, sebenarnya sejak krisis 1997/1998, Indonesia tidak pernah pulih sepenuhnya. Kenapa? karena Indonesia tidak punya fundamental ekonomi yang kuat, yang hanya mengandalkan pada sektor ekstraktif dan komoditas mentah. Sektor industrinya sudah babak belur dan gagal. Jadi tidak ada penciptaan kekayaan masyarakat, tidak ada nilai tambah yang besar. Mau mengharap apa dari format ekonomi semacam ini. Jadi krisis global semakin mendalam dan tiadanya fundamen ekonomi yang kuat, mengakibatkan Indonesia terus-menerus menderita krisis sistemik.
- Apa persoalan mendasar ekonomi Indonesia sekarang ini? Bagaimana itu seakan sulit terpecahkan?