Lihat ke Halaman Asli

Intoleransi Tidak Mewakili Agama Apapun

Diperbarui: 12 Februari 2018   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

image : google

Baru-baru ini kita di hebohkan dengan berita penyerangan jamaat Gereja oleh salah seorang yang tidak bertanggunggungjawab. Tepatnya  di Gereja St. Lidwina Sleman Jogjakarta pada hari Ahad 11 Februari 2018.

Tim kepolisian sampai hari ini masih belum menjelaskan secara detail terkait motif sang pelaku, sehingga menimbulkan banyak spekulasi di masyarakat.

Beberapa media -saya tidak mau menyebutkanya- terlalu tendensius mengatakan bahwa penyerangan tersebut adalah bentuk Intoleran dari golongan/agama tertentu --secara tidak langsung menyebutkan agama Islam karena latar belakang pelaku--  terhadap agama kristen.

Berangkat dari sini saya hendak meluruskan tentang hal tersebut bahwa :

Pertama :Menyayangkan sikap media tersebut yang terlalu fulgar menyebutkan bahwa hal tersebut adalah bentuk Intoleransi agama Islam terhadap agama kristen, tanpa bukti dan data, bahkan mendahului pihak kepolisian yang lebih berhak memberikan keterangan resmi tentang kejadian tersebut.

Hal tersebut menimbulkan keresahan bagi masyarakat luas, terlebih media yang saya sebutkan adalah salah satu media besar yang selama ini di konsumsi dan menjadi rujukan. Media semestinya berada di poros tengah (berimbang) saat memberikan pemberitaan kepada masyarakat, tidak lantas menggiring kepada suatu hal yang tidak jelas kebenaranya pada akhirnya menambah panas kondisi yang ada.

Termasuk dengan begitu ramainya pemberitaan hampir di seluruh media televisi secara masif. Saya berfikir bahwa hal tersebut bukanlah tindakan konstruktif dari para media, yang mestinya menjadi jalan tengah dan penyejuk suasana agar masyarakat jangan terpancing dan terprovokasi dengan sesuatu yang masih belum jelas titik permasalahanya. Pemberitaan tentu perlu untuk memunculkan perhatian dan kewaspadaan namun tidak harus di goreng sampai gosong yang pada akhirnya menimbulkan ekses-ekses lain. 

Kedua: Tuduhan Intoleran itu sendiri adalah tuduhan yang tidak mendasar, karena pada praktiknya baik agama nasrani ataupun agama Islam menjunjung tinggi toleransi dan keberagaman. 

Jikapun ada seseorang yang mengatasnamakan agama tertentu lantas dia berbuat kemungkaran maka seseorang tersebut tidak bisa dikatakan mewakili umat keseluruhanya, terlebih jika tindakanya tersebut jutru bertentangan dengan ajaran agamanya. Termasuk aksi sadis pelaku penyerangan jamaat gereja, meskipun pelakunya teridentifikasi beragama Islam, maka tidak bisa dikatakan bahwa dia mewakili umat Islam. terlebih prilaku tersebut dalam Islam adalah sesuatu yang tidak di benarkan, tidak ada satupun ajaran dalam Islam yang mengharuskan melakukan hal tersebut. 

Intoleransi Tidak Mewakili Agama Apapun

Pada akhirnya kita bisa simpulkan bahwa kejadian-kejadian yang menimpa baik kepada umat Islam yang baru-baru ini marak terjadi pembunuhan dan penganiayaan kepada para pemuka agamanya atapun kepada umat kristen yang hari ahad kemaren terjadi penyerangan kepada jamaatnya, sama sekali tidak mewakili umat dari keduanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline