Lihat ke Halaman Asli

Mental-mental Pengemis

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diskusi kecil kami terhenti, guruku meneruskan pidatonya. “Kalian tahu pengemis? Mereka itu punya uang, tapi pura-pura tidak punya uang, mereka itu mampu bekerja, tapi tidak mau bekerja, itulah pengemis!”. Pengemis tidak harus berpakain compang-camping, tapi ada yang memakai dasi, tapi bermental pengemis! Mentalnya mental pengemis! Bekerjapun hanya untuk mengumpulkan uang, untuk dianggap kaya, tapi tidak mau berbagi, kaya tapi masih meminta-minta! tapi mentalnya tetap pengemis! Karena tidak pernah berderma, malah minta derma”.

Dalam hatiku bertanya “lalu kita pilih yang ke-dua? yang penting dianggap punya uang! Walau ga punya uang? Bagaimana kita berderma kalau kita tidak punya uang?”

Guruku melanjutkan, seakan-akan pertanyaanku dijawab. “ Punya uang tapi dianggap tidak punya, itu pengemis! Tidak punya uang tapi minta dianggap punya uang itu mentalnya calon pengemis!”.

Jadilah orang kaya, kaya ilmu, kaya harta, kaya amal. Berapapun ilmu yang kita punya, berapapun harta yang kita miliki, kita harus mengamalknnya, membaginya tidak akan mengurangi jumlahnya. Ilmu dan harta adalah titipan Allah yang akan berlipat ganda jika kita membaginya dengan orang yang membutuhkannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline