Lihat ke Halaman Asli

Tradisi "Pamudaan" di Desa Kami

Diperbarui: 21 Juni 2018   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jumrahonline.com

Menengok kanan kiri mengingatkan saya pada memori 8 tahun yang lalu ketika sebelum momen sakral ijab qobul dengan istri tercinta waktu itu saya masih bekerja di sebuah sekolah swasta di bilangan cibinong bogor. Ketika saya menyodorkan surat undangan kepada teman-teman, beberapa waktu kemudian di antara mereka ada yang bertanya,

"ini tidak salah pak?",

"memangnya kenapa?"

"kok pernikahannya tanggal 23 sementara undangan resepsinya tanggal 22?".

"itu memang tidak salah pak, karena tradisi di kampung kami mengadakan resepsi terlebih dahulu baru kemudian besoknya akad nikah"

"oh begitu ya ya".

Jadi saat resepsi itu yang ada hanya calon tunggal. Kalau di pihak laki-laki ya hanya calon pengantin laki-lakinya saja, demikian juga di pihak perempuan hanya pihak calon pengantin perempuannya saja. Jadi mereka saat diberikan ucapan selamat oleh teman-temannya belum berdampingan. Dan ini biasanya dilaksanakannya malam hari setelah sholat maghrib sampai selesai. Ini yang dimaksud dengan kegiatan pemudaan.

Adapun besok, maka setelah pamudaan pada malam hari, besoknya biasa dilaksanakan akad nikah. Di sini baru dua orang calon pengantin ini disandingkan dan mendapat ucapan selamat dari berbagai pihak, baik undangan yang jauh maupun yang dekat. Kalau yang pemudaan itu khusus anak-anak muda temannya dari calon pengantin. Sedangkan besoknya itu secara umum, baik yang muda maupun yang tua bersama-sama menyalami, mengucapkan selamat, doa barokah kepada mempelai pengantin laki-laki dan perempuan.

Lalu mungkin ada pertanyaan, "kan kalau pernikahan itu selesai akad diucapkan doa barokah". Mereka mengucapkan doa mendoakan kepada calon pengantin mudah-mudahan besok pada waktunya akan diberikan kelancaran dan dijadikan jodoh yang terbaik. Intinya doa-doa positif kepada para mempelai calon pengantin laki-laki dan perempuan. Tidak ada bedanya. Hanya saja kalau yang sakral itu mengandung nilai ibadah ketika selesai ijab qobul

sedangkan yang ini bersifat pembekalan doa agar proses ijab qobulnya lancar dan barokah begitu.

Mungkin anda ya di daerah masing-masing memiliki tradisi yang berbeda. Dalam hal ini tradisi seperti ini baru diketahui di desa saya yang mengadakan walimah sebelum proses ijab kabul. Wajar saja kalau teman dari Bogor mempertanyakannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline