Lihat ke Halaman Asli

Potret Narsis Alumni Ramadhan

Diperbarui: 17 Juni 2018   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

independent.ie

Apakah Anda masih ingat sebuah pepatah lama: Menang jadi arang kalah jadi abu? Artinya yang menang atau yang kalah sama-sama ancur, rugi dan menderita. Kenapa? Pertama, Karena yang dipertaruhkan dalam pertandingan/perlombaan adalah sesuatu yang sia-sia bahkan memadhorotkan. Kedua karena dalam proses nya melakukan strategi-strategi haram yang tidak dibenarkan oleh aturan agama maupun dirigama.

Sebenarnya dua pilihan hasil dari sebuah perlombaan yaitu Menang atau kalah adalah sebuah keniscayaan. Yang menang wajar bergembira asal tidak menimbulkan kesombongan dan berlebihan. Sebaliknya yang kalah umumnya bersedih namun sebaiknya tetap sabar dan tidak larut dalam keputusasaan. Bangkit dan mengevaluasi diri merupakan langkah paling bijaksana.

Berkaitan dengan puasa romadhon yang sudah selesai kita laksanakan maka ada dua kemungkinan mungkin dan mudah-mudahan kita termasuk Assu'ada Almaqbulin. Yaitu orang-orang yang berbahagia dan diterima ibadahnya oleh allah subhanahu wa ta'ala. 

Namun kemungkinan lain dan kita berlindung darinya adalah jika terjebak dalam al-asqiya al-Mardudin. Yakni orang yang terhina dan ditolak mentah-mentah ibadahnya oleh allah subhanahu wa ta'ala.

Segala kemungkinan itu mungkin saja terjadi, tinggal kita memantas-mantaskan diri apakah layak termasuk yang mendapat peringkat pemenang (the winner) atau sebaliknya menjadi yang gagal (the loser). Apapun yang terjadi, sekiranya masih ada usia, maka terbentang kesempatan untuk memperbaiki diri kedepannya lebih baik dari sebelum-sebelumnya.

Tempo hari dalam khutbah Idul Fitri saya menyampaikan tema Potret Alumni Ramadhan. Sebenarnya ini adalah ringkasan dari sebuah tulisan karya Professor KH. Didin Hafidhuddin. Dalam tulisannya menjelaskan tentang gambaran ideal orang-orang yang menjadi alumni Ramadhan dan punya titel muttaqin. Diantaranya ada 5 ciri berdasarkan Al-Qur'an Surat Ali Imron ayat 17. 

Mereka adalah orang-orang yang sabar, orang-orang yang benar dan  jujur,  orang-orang yang selalu taat, orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah dan orang yang selalu beristighfar memohon ampun di waktu sahur.

Itulah gambaran potret alumni Ramadhan yang ideal. Berbeda ketika faktanya 180 derajat berlawanan, maka potret alumni Ramadhan itu dipertanyakan. Sehingga yang nampak hanya potret narsis. Siapakah mereka? Mereka adalah orang-orang yang berkebalikan dari potret alumni ramadan yang ideal tersebut.

Yaitu mereka yang tidak mau bersabar. Saat diuji dengan kepahitan rasa sakit kesempitan kekurangan transaksi harta maka mereka berputus asa. Ketika diberikan kegembiraan makan mereka berlaku berlebih-lebihan, tidak proporsional dan itu menjadi penyebab ketidakseimbangan  jiwa dan raganya sehingga menimbulkan penyakit.

Orang yang kedua adalah mereka yg yang senang berbohong lisannya fasih ketika berkata yang tidak benar. Sementara dia kelu saat harus mengatakan kebenaran.

Selanjutnya orang yang ketiga adalah orang yang tidak mau taat. Mereka ingin hidup semaunya dan seenaknya sendiri. Tidak mau mengikuti aturan-aturan yang ada, baik aturan Allah dan Rasul-Nya maupun aturan manusia yg yang berfungsi untuk kemaslahatan bersama. Orang-orang seperti ini biasanya akan dikucilkan oleh masyarakat karena dia tidak bisa bersosialisasi  dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline