Tjahjo Kumolo saat ini adalah Menteri Dalam Negeri, satu posisi strategis di kabinet kerja Jokowi-Jusuf Kalla. Bisa dikatakan, Mendagri adalah tangan kanan Presiden.
Sebelum jadi menteri, Tjahjo adalah petinggi PDIP, partai penyokong utama Jokowi dalam pemilihan presiden kemarin. Bahkan posisi di PDIP, bukan sembarangan. Tjahjo adalah Sekretaris Jenderal Partai berlambang banteng moncong putih tersebut. Atau dalam kata lain, Tjahjo adalah orang kedua setelah Megawati Soekarnoputri, nakhoda PDIP.
Namun sejak diangkat Jokowi sebagai Mendagri, Tjahjo langsung menanggalkan jabatan Sekjennya. Bahkan tak hanya itu, Tjahjo juga langsung mundur dari DPR. Nyaris semuanya karir Tjahjo habis di dunia politik.
Karirnya dimulai sejak ia masuk Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), organisasi kepemudaan berpengaruh di era Orde Baru. Bahkan politisi kelahiran Surakarta itu pernah jadi orang nomor satu di KNPI. Sampai kemudian, ia masuk Partai Golongan Karya (Golkar). Di Golkar, karirnya moncer, pernah jadi anggota parlemen dua periode. Tapi, kemudian Tjahjo hengkang dari beringin. Dan, hijrah ke PDIP, hingga jadi Sekjen dan sekarang menjadi Mendagri.
Tentang ini, Tjahjo ceritakan ketika ia membuka acara Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Sulawesi Barat di Mamuju, Sulawesi Barat. Dalam kata sambutannya, Tjahjo bercerita, bahwa dia berkawan cukup lama dengan Gubernur Sulawesi Barat, Adnan Saleh. Pertemanan dengan Adnan terjalin saat sama-sama aktif di Golkar. Ia dan Adnan, pernah jadi anggota DPR dari Golkar. Jadi, Adnan katanya, bisa dikatakan teman lamannya.
" Pak Gubernur adalah teman saya," kata Tjahjo, di Hotel D'Maleo, Mamuju, Sulawesi Barat, Senin, 11 April 2016.
Tjahjo melanjutkan ceritanya. Sebagai sebuah partai besar, Golkar memiliki kader-kader hebat. Ia ketika itu merasa tak mungkin jadi ketua umum Golkar. Dan, tak mungkin pula jadi Sekjen Golkar. Ia pun kemudian pindah dari beringin ke PDIP.
Tjahjo pun kemudian mengungkapkan, alasan dibalik kepindahannya ke banteng moncong putih. Katanya, ia sempat berkonflik dengan ketua umum Golkar saat itu. Konflik dengan orang nomor satu di Golkar itulah yang membuatnya memutuskan hijrah ke PDIP.
" Setelah dua periode jadi anggota DPR dari Golkar ada sedikit konflik dengan Ketua Umum Golkar. Maka, saya putuskan keluar dari Golkar lalu pilih pindah ke PDIP," katanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H