Lihat ke Halaman Asli

Kang Jenggot

Karyawan swasta

Pak Darmo, Mantan Intel Itu

Diperbarui: 26 Desember 2015   17:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagi Mayor Jenderal Soedarmo, posisi sebagai birokrat di lembaga sipil pemerintahan, adalah hal baru. Puluhan tahun lamanya ia bergelut dalam dunia yang mengharuskan ia bekerja dalam senyap. Maka, ketika pertama kali diangkat menjadi Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum di Kementerian Dalam Negeri, tentu itu adalah hal yang baru. Di posisinya yang baru, ia tak boleh lagi bekerja dalam senyap. Ia diharuskan tampil, tak seperti saat ia masih aktif di Badan Intelijen Negara (BIN).

Ya, Soedarmo, sebelum jadi Dirjen, ia puluhan tahun aktif di dunia intelijen. Bahkan, kata dia, sejak ia lulus dari Akademi Militer, dunia intelijen adalah dunia pertama yang dicicipinya. Bisa dikatakan, begitu ia lahir, dunia intelijen adalah yang pertama dikenalnya, hingga kemudian dia didapuk jadi Dirjen di institusi sipil. Kenapa ia mengatakan sejak lahir yang pertama dikenalnya adalah dunia intelijen, karena kelulusannya dari Akmil, dianggapnya adalah awal dari kelahirannya.

" Katakanlah, bahwa personal saya yang sudah dibentuk sejak awal, saya seorang intelijen. Bagi seorang intel, memang tak pernah tampil di depan, tampil di muka umum. Itu tabu," kata Soedarmo saat beramah tamah dengan para wartawan di Hotel Aryaduta Jakarta, beberapa waktu lalu.

Jadi, ia mohon maaf bila masih irit bicara. Dirinya juga mohon maaf, bila terkesan angker, kaku dan dingin. Karakter sebagai seorang intel, sudah terlalu lama mengakar. Namun, ia berjanji akan merubah gaya serta penampilannya. Gaya seorang Dirjen, tentu berbeda dengan gaya seorang intel.

" Saya belum biasa. Jadi mohon maaf ya jika selama ini mungkin teman-teman wartawan beranggapan kok ini Pak Dirjen susah dihubungi, susah sekali dimintai keterangan, susah memberikan statemen, susah Bukan itu sebetulnya," kata dia.

Saat ini, untuk memberikan statemen tertulis baginya tak ada masalah. Namun mantan petinggi di BIN itu mengaku jika ia masih kagok bila misalnya bicara sembari disorot kamera televisi.

Sang jenderal pun kemudian bercerita, bahwa ia selalu didorong-dorong untuk berani tampil. Adalah Acho Maddaremmeng, Kabid Humas Kementerian Dalam Negeri yang terus 'memaksa' dia agar banyak tampil ke muka publik. Kata dia, Pak Acho yang selalu mendesak agar tidak kagok menghadapi media.

" Nah, Pak Acho ini yang selalu dorong-dorong saya. Katanya, bapak harus tampil, harus tampil ke muka publik. Saya bilang oke saya akan berupaya merubah. Tapi tentu saya tak sedratis itu. Jadi masih ada semacam intelijen mainded dalam diri saya. Ya, ini kan sama dengan ideologi," tuturnya.

Mengenai tugas barunya di Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum, baginya tak ada masalah. Sebab dari sisi kewenangan juga fungsi, masih nyambung dengan dunianya terdahulu, dunia intelijen. Direktorat yang dipimpinnya punya tugas melakukan deteksi dini. Ya, semacam mata serta telinganya Menteri Dalam Negeri.

" Nah ini, temen-teman semoga paham. Bukan berarti saya sombong, bukan juga karena saya jaga jarak dengan wartawan, bukan itu, bukan bermaksud seperti itu," tutur perwira tinggi bintang dua yang biasa dipanggil Pak Darmo tersebut. 

 

 

 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline