Lihat ke Halaman Asli

Kang Jenggot

Karyawan swasta

Mas Johan, Sampeyan Bikin Pusing Pimpinan Partai

Diperbarui: 21 Oktober 2015   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rabu sore, 21 Oktober 2015, akhirnya pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menggelar jumpa pers terkait hasil operasi tangkap tangan yang dilakukan para penyidiknya pada Selasa kemarin.

Seperti diketahui, dalam operasi tangkap tangan atau yang biasa disingkat OTT, salah satu yang dicokok adalah Bu Dewi Yasin Limpo, Anggota DPR dari Fraksi Partai Hanura, partai yang dikomandani Pak Wiranto. Bu Dewi Yasin, di DPR, dia bertugas di Komisi VII.

Dalam jumpa pers itu, seperti biasa hadir Mas Johan Budi, atau yang bernama lengkap Johan Budi Sapto Prabowo, mantan juru bicara KPK yang kini jadi salah satu Plt Wakil Ketua komisi anti rasuah itu, membeberkan kronologis penangkapan, serta memperlihatkan barang bukti yang disita penyidik KPK dalam OTT yakni duit yang diduga sogokan sebesar 1,5 milyar dalam bentuk dollar Singapura. Keterlibatan Bu Dewi Yasin pun kian menguat, meski Mas Johan hanya menyebut inisial.

Pasti, dengan pengumuman itu yang paling terpukul adalah keluarga besar Partai Hanura, dan juga keluarga besar Yasin Limpo. Saya tak tahu, apakah Pak Wiranto menonton jumpa pers Mas Johan di markas KPK di Rasuna Said.

Jika menonton, saya tak bisa bayangkan, bagaimana keruh redamnya raut muka mantan Panglima TNI itu. Ya, ditangkapnya kader Hanura, tentu sebuah pukulan maha telak, yang langsung menghujam ke jantung pertahanan Partai Hanura. Sebagai ketua umum, Pak Wiranto pasti adalah orang pertama yang paling merasakan sakit oleh 'pukulan KPK'.

Dan yang pasti pula, jumpa pers Mas Johan hanya bikin kepala Pak Wiranto pusing tujuh keliling. Ia terpaksa harus menyusun kata, bila nanti ditanya media, atau terpaksa harus menggelar jumpa pers menyikapi kasus Bu Dewi Yasin.

Kasus Bu Dewi Yasin, adalah cobaan maha berat bagi Pak Wiranto. Dan, ini kian menambah berat perjuangan Pak Wiranto dalam membesarkan partai yang tak juga bisa 'membesar' dari pemilu ke pemilu. Padahal sekarang Pak Wiranto dengan Hanuranya sedang merintis 'modal politik', dengan tercatat sebagai partai pendukung pemerintah. Tapi, modal itu langsung dihancurkan oleh ulah kadernya.

Kini seantero negeri telah tahu, kader partainya kena jerat KPK. Secara politik jelas ini kerugian maha dahsyat, sebab citra partai dipastikan jatuh ke titik nadir. Dan, memang tak mudah mengerek kembali citra partai, ketika publik sudah mencibir nyinyir. Jika publik sudah nyinyir, lalu memandang negatif pada Hanura, ini sudah bak kiamat kecil. Karena, peluang untuk mengkatrol Hanura di papan klasmen pemilu pada 2019 kian seret saja. Boleh jadi, Hanura perlahan tenggelam. Pengorbanan politik sampai harus makan nasi aking pun akan sia-sia.

Mas Johan, Mas Johan, sampeyan memang pintar bikin pusing petinggi partai. Kemarin Pak Paloh, sekarang Pak Wiranto. Tapi memang harus seperti itu. Jangan hanya rakyat yang terus pusing dengan harga sembako mahal, dan pekat asap. Sekali-sekali, elit juga harus merasakan pusing. Ya, pada akhirnya, kita tunggu saja, elit mana lagi yang akan dibikin pusing.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline