Lihat ke Halaman Asli

Kang Jenggot

Karyawan swasta

Sambut Putusan MA, Bergoyang Dumang-kah Pak Ical?

Diperbarui: 21 Oktober 2015   00:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat Persib menang, dan memastikan Piala Presiden direngkuh, Minggu malam, 18 Oktober 2015, saya senangnya bukan kepalang. Sebagai pendukung atau bobotoh Maung Bandung sejak kecil, wajib rasanya saya harus berjingkrak senang.

Dan jingkrak senang saya tak hanya saat gol pertama tercipta yang dilesakan Ahmad Jufrianto, tapi juga kala gol kedua mampu diceploskan Makan Konate. Tapi, jingkrak paling paripurna adalah ketika wasit meniup peluit panjangnya, tanda babak kedua laga puncak Piala Presiden yang mempertemukan Persib dengan Sriwijaya FC, berakhir. Saya berjingkrak, atau tepatnya menari senang. Goyang Dumang pun, saya lakukan saking senangnya. Itulah ekspresi kegembiraan saya menyaksikan Persib menang, walau hanya saya saksikan dari layar televisi.

Bagaimana dengan Pak Aburizal Bakrie atau Pak Ical?

Lha, apa hubungannya kemenangan Persib, jingkrak senangnya saya dengan Pak Ical? Yang pasti tak ada hubungannya. Namun, ada kemiripannya, sama-sama sedang merasa senang bin bahagia.

Selasa, 20 Oktober 2015, bertepatan dengan peringatan satu tahun pelantikannya Pak Jokowi dan Pak Kalla, kabar gembira datang menyapa Pak Ical. Kabar kemenangan itu datang dari Gedung Mahkamah Agung. Dalam putusan kasasinya, mahkamah memutuskan kepengurusan Golkar yang sah itu adalah kepengurusan hasil Musyawarah Nasional Riau. Kepengurusan versi Munas Riau sendiri, nakhodanya adalah Pak Ical. Sementara Sekretaris Jenderalnya, Mas Idrus Marham.

Seperti diketahui, usai Pilpres, Golkar dilanda perpecahan. Muncul dua kubu yang saling berseteru. Pertama kubu Pak Agung Laksono. Kedua, kubu Pak Aburizal Bakrie atau Pak Ical. Pada akhirnya, perseteruan kian mengeras dan berujung pada digelarnya dua Munas.

Dua Munas tersebut adalah Munas Bali yang digelar kubu Pak Ical dan Munas Ancol yang dihelat Pak Agung. Dua Munas itu pun melahirkan dua nakhoda berbeda. Munas Bali, menasbihkan kembali Pak Ical sebagai Ketua Umum. Sementara Munas Bali, mendaulat Pak Agung sebagai nakhoda baru beringin.

Masing-masing kubu merasa paling berhak mengendalikan Golkar. Islah coba dilakukan. Bahkan, sampai melibatkan Pak Jusuf Kalla, mantan Ketua Umum Partai Golkar yang kini menjadi Wakil Presiden kembali mendampingi Pak Jokowi. Namun, perang akhirnya berlanjut ke pengadilan. Sampai kemudian, keluar putusan MA yang menyatakan, bahwa kepengurusan yang sah itu adalah hasil Munas Riau.

Sebenarnya, sebelum MA mengetok palu, Pak Agung yang ada di atas angin, setelah Kementerian Hukum dan HAM, mengesahkan kepengurusan hasil Munas Ancol. Namun, SK yang diteken Menteri Hukum, Pak Yasonna Laoly, digugat kubu Pak Ical. Dan, sekarang berbalik Pak Ical yang di atas angin. Kubu Pak Ical yang merasa menang.

Lihat saja respon dari Mas Bambang Soesatyo, politisi beringin yang berada di kubu Pak Ical. Mas Bambang berpandangan, dengan keluarnya putusan MA, maka yang sah adalah Pak Ical. Artinya, menurut Mas Bambang, yang legal itu adalah kepengurusan Munas Bali. Itu menurut kesimpulan Mas Bambang. Ya, sederhananya Mas Bambang merasa menang atas kubu Pak Agung.

Tentu laiknya yang sudah merengkuh kemenangan, rasa senang yang akan dirayakan. Pak Ical, pastinya senang, statusnya sebagai ketua umum partai besar diakui kembali oleh MA. Dan ini pantas disyukuri, karena dengan kembali ditasbihkan sebagai orang nomor satu di beringin, posisinya akan kembali diperhitungkan dalam jagad perpolitikan di Tanah Air.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline