Lihat ke Halaman Asli

Kang Jenggot

Karyawan swasta

Ketika Pak Gubernur Minta Maaf

Diperbarui: 12 Oktober 2015   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Jumat, 9 Oktober 2015, saya berada di Palembang. Hari itu juga saya meliput kegiatan Jambore Satpol PP yang dipusatkan di Jakabaring Sport Center. Ini komplek olahraga terlengkap di Indonesia. Pada 2018, even besar Asian Games bakal digelar di sana.

Di acara Jambore, Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo datang. Acara itu juga dihadiri Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin, selaku tuan rumah. Dan, di Jambore, Alex salah satu yang memberi kata sambutan. Dalam kata sambutannya, Alex menyentil soal asap. Ia bahkan meminta maaf, karena asap masih mengepung Palembang, hingga membuat tak nyaman tamu yang datang ke kota itu.

" Saya mohon maaf. Yang bertanggung jawab adalah gubernur Sumsel," katanya.

Alex pun kemudian menunjuk ke depan. Di sana, di seberang ia berdiri, ada danau yang luasnya 40 hektar. Danau itu nanti akan dipakai untuk lomba perahu dayung dalam Asian Games nanti. Katanya, luas danau akan diperluas jadi 60 hektar. Namun sayang, kata Alex, danau tak terlihat, karena asap. Padahal, itu adalah salah satu danau di dalam kota. Bahkan mungkin satu-satunya danau luas di dalam kota. Sebab jika di kota lain, danau selalu di luar kota.

" Sayang asap mengahalangi pemandangan indah itu. Asap yang membuat sesak nafas," kata Alex.

Setelah itu, Alex kembali meminta maaf. Menteri Dalam Negeri pun disebutnya. Katanya, tak ada niat daerahnya mengirim asap ke daerah lain. Angin yang membuat asap melanglang buana hingga ke Jambi, Riau bahkan sampai Singapura dan Malaysia.

" Saya mohon maaf berkali-kali Pak Menteri. Buka kehendak kami mengirim asap ke daerah lain, tapi kerjaan angin ke selatan ke utara. Kadang angin bertiup dari utara ke selatan. Asap dari Kalimantan pun masuk ke sisni. Tapi kami tak pernah marah," tutur Alex.

Asap yang datang menyambangi Riau, Jambi hingga negara tetangga, karena tertiup angin. Asap menyerbu karena kehendak alam. Sebab itu, tak perlu saling menyalahkan. Justru sekarang yang diperlukan, semua fokus memadamkan api, mengusir asap. Bukan saling menyalahkan.

" Mari fokus sama-sama padamkan api, meniadakan asap di tempat masing-masing," ujarnya.

Asap pagi itu saat Jambore digelar, memang cukup menyiksa. Para peserta yang mengikuti Jambore, banyak yang memakai masker. Bahkan diantaranya banyak yang terdengar batuk-batuk. Asap memang sangat menyiksa. Tenggorokan sakit. Mata perih. Hidung pun tertusuk bau menyengat asap hasil dari pembakaran lahan.

Saya tak bisa bayangkan siksa yang mendera warga kota Palembang. Mereka telah berbulan-bulan dikepung asap. Berbulan-bulan pula mereke menghirup udara bercampur racun. Bahkan berbulan-bulan pula, mereka jarang melihat sinar matahari yang cerah. Kota selalu muram. Kota selalu pekat dengan asap. Pagi hari, siang hari, dan malam hari, asap beracun jadi kawan karib. Entah sampai kapan? Semoga, asap cepat pergi, sehingga siksa berakhir sudah.

 

 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline