Lihat ke Halaman Asli

Kang Jenggot

Karyawan swasta

Jenderal Buwas Membuat Banyak 'Orang Penting' Tak Nyenyak Tidur

Diperbarui: 4 September 2015   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak siang sampai sore, saya mendapat pernyataan pers yang dikirimkan oleh Direktur Energi Watch (EWI), Ferdinand Hutahean. Siaran pers dikirimkan via surat elektronik. Dan, isu yang ditanggapi Ferdinand adalah isu pencopotan Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri, Komisaris Jenderal Budi Waseso atau biasa dipanggil Buwas. Isu pencopotan sang jenderal memang tengah hangat-hanganya. Semua media mengangkat isu itu jadi berita utamanya. Bahkan media online menggeber habis-habisan isu itu dari berbagai sisi.Dalam pernyataan persnya, Ferdinand mengatakan, isu pencopotan Jenderal Buwas, sulit untuk dilepaskan dari aksi Bareskrim menggeledah Pelindo. Ia pun mensinyalir, ada konspirasi untuk menjatuhkan Jenderal Buwas.Kata Ferdinand, kenapa ia mengaitkan isu pencopotan dengan penggeledahan Pelindo, karena rangkaian cerita setelah penggeledahan itu. Seperti diketahui, kata Ferdinand, sesaat setelah kantornya digeledah, RJ lino Dirut Pelindo, pontang-panting menelpon Sofyan Djalil, dan Menteri BUMN Rini Soemarno. Bahkan Menteri BUMN, sampai menelpon Kapolri, Jenderal Badrodin Haiti. Lalu, setelah itu Wapres Jusuf Kalla angkat suara juga. Dan kemudian tak lama setelah itu mencuat isu pencopotan Jenderal Buwas." Rangkaian kisah ini, sulit untuk dikatakan, tak saling mengkait,"katanya.Ferdinand sendiri mengaku, sejak isu pencopotan Jenderal Buwas ramai, ia sudah mendapat nformasi tentang adanya skenario melumpuhkan sang jenderal. Banyak yang mulai gerah dengan mulai galaknya Bareskrim. Di bawah Buwas, Bareskrim berani menyentuh kasus-kasus yang selama ini seperti tak bisa disentuh. Kasus TPPI misalnya, adalah salah satu yang berani disentuh Buwas. Padahal, dulu kasus itu seperti sulit disentuh, meski kejanggalan demi kejanggalan dalam kasus itu banyak diberitakan." Sekarang bertambah mengusut kasus Pelindo," ujarnya.Ia yakin, aksi Buwas membuat mereka yang selama ini disebut mafia migas atau mafia pelabuhan, tak nyenyak tidur. Maka, mereka pun berkolaborasi. Bersama dengan elit kekuasaan yang bisa didekati, perlawanan pun dimulai. Isu pencopotan pun menggelinding sukses.Dalam pernyataan persnya, Ferdinand juga menyinggung soal sosok RJ Lino sang Dirut yang mencak-mencak karena kantornya digeledah Bareskrim. Kata dia, isu kedekatan RJ Lino dengan sejumlah nama penting di lingkar kekuasaan sudah banyak yang membicarakan. Jadi, kalau sekarang muncul dugaan, bahwa isu pencopotan Jenderal Buwas adalah sebuah skenario, adalah hal yang wajar. Dirinya, termasuk yang percaya, bahwa isu pencopotan Jenderal Buwas, sudah di skenario-kan.Adanya cerita yang sekarang beredar tentang kepemilikan saham keluarga RJ Lino di PT Bukaka, kian menguatkan informasi yang diterimanya, bahwa ini saling kait mengkait." Jokowi kan jelas perintahnya, untuk membersihkan pelabuhan. Jokowi terbukti menugaskan khusus Rizal Ramli dan Polri untuk bereskan kekacauan di pelabuhan," katanya.Namun Ferdinand merasa heran, dengan sikap Wapres, Jusuf Kalla yang seperti tak mendukung upaya Jokowi berantas mafia. Ferdinand juga heran, Menteri BUMN, Rini Soemarno juga sami mawon, tak terlalu mendukung Presiden." Sepertinya sikap mereka, menguntungkan RJ Lino," kata Ferdinand.Kalau seperti itu, Wapres tak satu irama, lalu pembantunya juga seperti berseberangan, artinya ada 'pembangkangan' kepada Presiden Jokowi di internal pemerintahannya.Tak lama berselang, Ferdinand kembali mengirimkan pernyataan persnya. Kali ini ia mengomentari pernyataan Menteri BUMN, Rini Soemarno yang menanggapi isu pencopotan Jenderal Buwas. Dalam keterangan persnya, Ferdinand mengkritik pernyataan Menteri BUMN terkait kasus Pelindo, bahwa CEO jadi takut oleh langkah Bareskrim. Pernyataan itu menurut Ferdinan, bukti sahih, Menteri Rini 'membela' orang-orang yang bermasalah. Harusnya, sebagai pembantu Presiden, Menteri Rini mendukung penegakan hukum." Penindakan dan penegakan hukum jangan dibelokkan isunya menjadi mengganggu kegiatan ekonomi," katanya.Roda ekonomi menurut Ferdinand, mesti ditumbuhkan dalam sebuah ruang yang bebas masalah. Bukan pertumbuhan yang sarat masalah. Pertumbuhan ekonomi mesti seiring dengan penegakan hukum. Bagi Ferdinand, langkah Jenderal Buwas sudah benar. Penegakan hukum memang harus ditegakan tanpa pandang bulu. Karena tak mungkin Bareskrim asal geledah. Pasti sudah dianalisa sedemikian rupa sebelum melakukan penggeledahan. Bukti permulaan pastinya sudah cukup, maka dilakukan penggeledahan."Janganlah berlindung dan sembunyi dari kejahatan korupsi dengan memutar balikkan fakta maupun opini," katanya.Ferdinand sendiri heran dengan para elit yang mempersoalkan langkah Bareskrim. Ia mengingatkan, citra polisi di mata publik belum begitu baik. Karena itu ia merasa heran, begitu Polri mulai menata kinerja, justru ada yang tak setuju. Sekarang kehausan publik mulai terjawab. Bareskrim kini galak memberantas korupsi." Tapi kok ada yang mau patahkan, dari dalam pemerintahan sendiri pula, ini kan aneh," katanya.Karena itu Presiden Jokowi harus bersikap. Presiden sebagai panglima tertinggi mesti menunjukan keberpihakannya pada institusi yang serius memberantas korupsi. Jangan sampai, elit pemerintah sendiri yang membuat Polri terus terjerembab dalam kubangan citra negatif. Biarkan polisi sama kinclongnya dengan KPK.Dan bagi Ferdinand sendiri, isu pencopotan sang jenderal tak lebih dari sebuah konspirasi besar. Ada yang terusik dengan langkah Bareskrim. Apalagi di media sosial beredar informasi-informasi yang dikaitkan dengan RJ Lino. Informasi di medsos, menyebutkan, Clarissa anak kedua RJ Lino memiliki saham 46.6% di PT Bukaka lewat amadeus acquisition. Tak pelak, orang pun kemudian mengaitkan dengan sikap Jusuf Kalla. Kenapa dikaitkan dengan Kalla, karena Bukaka sendiri lekat dengan sosok lelaki asal Bugis tersebut. Tentu ini, masih berupa informasi berbau tudingan. Alangkah baiknya, Jusuf Kalla, atau pihak Bukaka, mengklarifikasi itu. Sehingga tak jadi spekulasi liar yang menambah riuh permasalahan.Tak hanya itu beredar informasi, bahwa Sofyan Djalil pernah menjadi komisaris di anak usaha Pelindo II yakni PPI. Dan, adik Menteri BUMN Rini Soemarno, Ongky Soemarno juga kata Ferdinand, disebut-sebut. Dalam informasi yang ia dapatkan di jejaring media sosial, Ongky punya peran dalam dalam perpanjangan konsesi JICT, yang dipersoalkan Serikat Pekerja JICT. Sementara kabarnya, Bareskrim bergerak atas laporan dari Serikat Pekerja atau Karyawan JICT. Tentu, cerita-cerita yang masih kabar burung ini, mesti diklarifikasi." Saya minta dengan sangat kepada Bapak Jusuf Kalla sebagai Wapres, untuk berada di barisan Jokowi dalam pemberantasan mafia dan korupsi dan tidak bersikap berbeda dengan Presiden,"ujarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline