Hari Selasa 1 September 2015, Kabupaten Kuningan, tempat saya dilahirkan, punya hajatan penting merayakan hari jadinya yang ke 517. Hari jadi yang cukup tua. Bahkan, lebih tua dari Kota Jakarta yang sudah berusia 400 tahun lebih. Jadi kalau soal usia, Kuningan lebih unggul dari Jakarta.
Kabupaten Kuningan sendiri adalah kota kecil, yang terletak di sebelah timur Provinsi Jawa Barat. Kabupaten ini, berbatasan langsung dengan Kabupaten Cirebon, Majalengka, Ciamis, Cilacap dan Brebes. Letak Kuningan, tepat di kaki Gunung Ciremai, gunung tertinggi di Jawa Barat. Menuju ke Kuningan, banyak jalur yang bisa dilewati. Dari Jakarta, bisa menggunakan rute melalui jalan tol, yang langsung keluar di Ciperna, wilayah Cirebon yang berbatasan langsung dengan Kuningan. Adanya tol Cipali atau Cikopo-Palimanan, membuat jarak tempuh dari Jakarta ke Kuningan tak lagi lama. Waktu tempuh 'terkorting' cukup banyak dengan adanya tol Cipali. Mungkin hanya 3-4 jam waktu yang dibutuhkan menuju ke Kuningan dari Jakarta via jalan tol Cipali.
Bagi saya, orang Kuningan yang hidup di perantauan, acara pulang kampung adalah momen yang sangat ditunggu. Pada lebaran kemarin, alhamdulillah, saya bisa mudik ke Kuningan. Dan kesempatan 'mudik' kedua datang dari Kementerian Dalam Negeri yang mengundang saya untuk meliput acara Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo menghadiri sidang paripurna DPRD Kabupaten Kuningan.
Dari Jakarta saya pergi ke Kuningan menggunakan kereta api. Singgah sebentar di Cirebon, setelah itu menyambung perjalanan menggunakan mobil. Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo pun pergi ke Kuningan memakai kereta api. Di stasiun Mendagri langsung di jemput Bupati Kuningan, Ibu Utje CH Suganda.
Setelah itu, saya ikut mengekor rombongan Mendagri, menumpang mobil Pak Acho Maddaremmeng, Karo Humas Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri. Pergi dari stasiun Cirebon, rombongan Mendagri dan Bupati Kuningan tak langsung meluncur ke Kuningan, tapi singgah sebentar ke rumah makan Empal Gentong Haji Apud, di daerah Plered, Cirebon.
Maka jadilah malam itu lidah saya ikut dimanjakan, menikmati semangkuk empal gentong Haji Apud yang maknyuss. Baru setelah makan, rombongan Mendagri melesat ke Kuningan. Sedangkan saya dan Pak Acho, menginap di Cirebon. Pagi-pagi sekali karena takut terlambat mengikuti acara, saya dan Pak Acho, bersama Iman, stafnya meluncur ke Kuningan menggunakan mobil.
Tiba di Kuningan sekitar pukul delapan pagi. Mobil yang saya tumpangi langsung merapat ke hotel tempat menginap Mendagri. Hotelnya bernama Grage Sangkan, salah satu hotel terbaik di Kuningan. Hotel ini ada di Jalan Sangkanhurip, Kuningan. Salah satu keunggulan Hotel Grage Sangkan, adalah pemandian air panas alaminya. Jadi, kalau yang mau pelesiran ke Kuningan, salah satu rekomendasi saya, menginaplah di Grage Sangkan. Suasana asyik, bisa berendam air panas pula. Di Kuningan sendiri banyak tempat wisata. Yang paling terkenal adalah gedung bersejarah tempat dilangsungkannya perjanjian Linggarjati. Di sana juga ada tempat wisata. Villa-villa murah dengan view Gunung Ciremai pun banyak disewakan. Murah meriah, tapi menyegarkan.
Setelah semua siap, rombongan Mendagri langsung menuju rumah dinas Bupati Kuningan yang ada di tengah kota. Selanjutnya dari rumah Bupati meluncur bareng ke gedung DPRD, tempat sidang paripurna di gelar. Tiba disana, sudah banyak yang hadir. Seluruh camat datang. Begitu juga para kepala desa.
Usai turun dari kendaraan, Mendagri langsung masuk gedung dan di sambut prosesi kesenian khas tanah Parahiyangan. Ada Ki Lengser, dengan bahasa Sunda, menyambut kedatangan Mendagri. Setelah itu tarian yang ditarikan mojang-mojang cantik Kuningan dipentaskan di depan Mendagri. Lumayan lama prosesi penyambutan Mendagri.
Setelah prosesi adat selesai, baru acara utama dimulai. Sidang paripurna dibuka langsung oleh Ketua DPRD Kuningan. Di ujung acara, Mendagri didaulat untuk memberi kata sambutan. Dalam kata sambutannya, banyak pesan yang disampaikan Mendagri. Intinya, Mendagri berharap Kuningan bisa lebih maju lagi, dengan inovasi-inovasi barunya. Apalagi kata Mendagri, Kuningan punya banyak potensi yang bisa digarap. Kuningan, katanya, adalah kabupaten perjuangan, kota wisata, budaya dan kuliner.
" Di Kuningan ada tahu, juga terkenal dengan tapenya," kata Mendagri.
Wah, Mendagri hapal juga dengan kuliner andalan Kuningan. Tape memang salah satu penganan kuliner khas Kuningan. Tape Kuningan, bukan terbuat dari singkong, seperti peuyeum Bandung. Tapi tape Kuningan terbuat dari beras ketan yang difermentasi dengan dibungkus daun jambu. Mencicipi tape, enak dan menyegarkan.