Makan pejabat, seringkali beda dengan makan rakyat biasa. Terutama soal tempat memanjakan lidah. Setidaknya itu kesimpulan subjektif saya. Beruntung saya jadi 'kuli tinta'. Dari kegiatan liputan mencari berita itulah, kesimpulan soal makan pejabat saya dapatkan.
Tempat makan pejabat, biasanya kalau tak di restoran yang bisa dikatakan 'mewah', dia akan memilih bersantap di rumah makan dengan ruang besar, resik serta berpendingin udara. Ya mungkin itu untuk menunjukan 'kelasnya'.
Pun jika melakukan kunjungan kerja ke daerah, dan saat tiba untuk bersantap, pilihan tempat makan selalu yang 'terbaik' di daerah itu. Berkali-kali saya menyaksikan dan merasakan itu, ketika ikut serta meliput kegiatan pejabat yang berkunjung ke daerah.
Namun, tentunya tak semua pejabat selalu memilih tempat makan 'terbaik' dan 'terbagus'. Tentang ini, saya punya kisahnya. Pada bulan Februari 2015, saya ditugaskan tempat saya bekerja, sebuah media cetak yang terbit di Jakarta, untuk meliput kegiatan Hari Pers Nasional di Kota Batam.
Nah, salah satu pejabat yang hadir di acara itu, selain Wakil Presiden Jusuf Kalla, adalah Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo. Kebetulan pula, saya memang ngepos liputan di Kementerian Dalam Negeri. Jadi, sudah cukup kenal dengan staf-staf bagian Humas di kementerian tersebut.
Waktu itu, begitu tahu Mendagri ada di Batam, saya coba hubungi staf Humasnya. Mungki, Mendagri ada kegiatan lain selain menghadiri acara Hari Pers Nasional. Pikirannya saya, kalau Mendagri ada kegiatan lain, mungkin Sidak atau apa, ada variasi berita yang bisa saya kirimkan ke kantor.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Staf Humas Kemendagri, mengabarkan bahwa Mendagri hendak melakukan Sidak ke kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kota Batam. Saya pun ikut serta dalam acara Sidak tersebut. Setidaknya saya dapat tabungan berita, sebelum acara puncak Hari Pers Nasional di langsung, beberapa jam kemudian.
Usai melakukan Sidak, Mendagri yang ditemani Wakil Gubernur Kepulauan Riau, meluncur ke sebuah tempat. Menurut staf Humas Kemendagri, Mendagri hendak cari tempat untuk bersantap. Wah, pikiran saya langsung membayang sebuah restoran besar, resik, berpendingin udara, dan pastinya tempat makan kelas wahid di kota Batam.
Tapi saya kecele. Mobil Mendagri masuk ke sebuah komplek rumah toko atau ruko dengan area parkir sempit. Komplek ruko pun, bukan komplek ruko besar, tapi hanya terdiri dari beberapa jejeran ruko. Dan, rumah makan yang dipilih Mendagri itu pun, hanya sebuah ruko kecil. Saat saya melongok ke ruangannya, hanya ada beberapa baris meja.
Ruangan rumah makan pun tanpa pendingin udara atau AC. Tapi hanya ada kipas angin. Menunya, kebanyakan ikan, dan ayam goreng. Praktis, beberapa orang tak kebagian tempat makan. Saya tengok, Menteri Tjahjo cuek saja menyantap makanannya. Padahal udara cukup pengap dan lumayan panas. Apalagi dalam ruangan. Wajah Menteri Tjahjo pun tampak berkeringat. Berkali-kali ia menyekanya dengan tisu.
Tukang parkir yang tadi mengatur mobil-mobil yang datang, menghampiri saya. " Mas, itu kan menteri?"tanyanya.