Lihat ke Halaman Asli

Kang Jenggot

Karyawan swasta

Dari Hilang Sandal, Sampai Salah Ketik Tersangka

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Minggu ini, salah satu tema pemberitaan yang ramai dan hangat adalah informasi tetang ditetapkannya Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Abdul Hafiz Ansyari sebagai tersangka. Meski informasi itu masih simpang siur, dimana pihak Polri dan Kejaksaan Agung saling bersebrangan pernyataan, namun informasi Hafiz telah menjadi tersangka cukup menyentak perhatian publik.

Bagaimana tidak, sebelum berita Hafiz muncul, nama KPU juga diseret-seret, dalam kisah dugaan surat palsu Mahkamah Konstitusi (MK), dimana nama Andi Nurpati, mantan komisioner di lembaga itu disebut-sebut memiliki andil. Andi kini, menjadi pengurus teras di Partai Demokrat.

Kini, belum juga tuntas kasus surat palsu MK, mencuat lagi kasus Hafiz menjadi tersangka. Sepertinya, KPU tak pernah lepas dirundung masalah, setelah banyak menuai kritikan karena dianggap tak becus menggelar pemilu pada 2009, sekarang satu persatu komisionernya dililit masalah.

Saya sendiri, ketika hajatan pemilu 2009 akan digelar, nyaris tiap hari meliput dinamika yang terjadi di kantor komisi pemilihan itu, yang terletak di Jalan Dipanegoro, Jakarta Pusat tersebut. Kebetulan tempat saya bekerja, sebuah media cetak yang terbit di Jakarta, menugaskan saya meliput disana. Dan yang selalu diburu untuk dimintai keterangan atau penjelasan, adalah Abdul Hafiz Ansyari, yang menjadi Ketua di KPU.

Tiap habis solat Jumat, bila ada di kantor, Hafiz selalu mengundang para wartawan untuk berbincang santai di ruang kerjanya yang nyaman. Sambil makan kue kering yang selalu terhidang di meja ruang kerjanya, Hafiz banyak menjelaskan tentang segala tetek bengek persiapan dan tahapan penyelenggaraan pemilu 2009.

Ada satu kisah yang paling tercatat dibenak, adalah ketika Hafiz, menceritakan pernah kehilangan sandal di Mesjid KPU yang terletak di bawah gedung komisi pemilihan tersebut. Saat itu, ia menunaikan solat Jumat, dimana di mesjid itu pula, ia kerap kali jadi pengkhutbah. Maklum ia seorang guru besar peradaban Islam, sebelum menjadi Ketua KPU, di sebuah universitas di Kalimantan.

Hafiz saat itu menceritakan kasus sandal hilang itu sambil tak lepas mengumbar senyum. Mungkin ia merasa lucu, hilang sandal di mesjid lembaga yang ia pimpin. Tapi kini, pria paruh baya yang selalu tak lepas dari pecinya itu kembali dirundung masalah.

Tapi bukan soal ia kembali kehilangan sandal. Tapi masalah yang dihadapinya lebih berat, bisa-bisa ia terancam kehilangan yang lebih berat lagi, kehilangan jabatan sebagai Ketua KPU, sebuah jabatan prestisius selevel dengan menteri.

Masalah yang melilitnya sekarang adalah, diterimanya informasi bahwa dirinya sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan pemalsuan surat dan pemberian keterangan palsu. Yang melaporkan adalah Muhammad Syukur Mandar, salah seorang calon anggota legislatif dari Partai Hanura ke Mabes Polri.

Tak pelak, ia merasa seperti disambar geledek, begitu staf, dan ia sendiri membaca pemberitaan dari media, bahwa dirinya sudah menjadi tersangka. Sebuah status hukum yang bisa mengancam karirnya di KPU sebelum habis masa jabatannya, dan tentu bakal mencoreng nama baiknya.

” Tentu saja, merugikan dan kami sangat terkejut. Tiba-tiba status sudah tersangka, sementara saya belum pernah, ya, paling tidak diklarifikasi, sampai kemarin kan belum pernah,” urainya dengan wajah tegang, saat ia menggelar jumpa pers di kantornya, kemarin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline