Lihat ke Halaman Asli

Kang Jenggot

Karyawan swasta

Beruntunglah Jokowi Tak Berwajah Birokrat

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tadi sore, saya sempat mampir ke warung kopi langganan saya yang ada di bilangan Cipete. Warung kopi langganan saya juga sering dipakai para supir bajaj memarkirkan roda tiganya, rehat dan menyeruput segelas kopi ditemani sebatang rokok.

Dan, tak sengaja saya mendengar beberapa supir bajaj yang sedang nongkrong asyik mengobrolkan Pilkada DKI. Yang diobrolkan adalah para calon yang bakal berlaga. Namun yang bikin saya tertarik adalah disebutnya nama Joko Widodo atau akrab dipanggil Jokowi, Walikota Solo yang mencalonkan diri menjadi 'meneer' ibukota.

Bang Mul, salah satunya diantara supir bajaj yang sedang mengobrol itu yang paling antusias menyebut-nyebut nama Jokowi. Bang Mul sudah saya kenal, sejak saya sering mampir ke warung kopi itu. Kata Bang Mul, ia dukung Jokowi. Katanya lagi, Jokowi wajahnya, raut rakyat. Bukan wajah pejabat. " Dia kayaknya merakyat. Wajahnya saja kayak kita-kita ini," katanya.

Teman mengobrol Bang Mul, mengamininya, dan sepakatlah dengan analisis Bang Mul, wajah Jokowi, wajah rakyat. Saya mesem saja mendengar obrolan mereka. Dalam hati saya berkata, " Wah ini keuntungan Jokowi tak berwajah birokrat. Baru lihat wajahnya saja, ada yang sudah jatuh cinta,"

Jangan-jangan, dari wajah turun ke pilihan nanti di Pilkada. Ya, jangan-jangan, kan dalam politik itu serba mungkin. Kalau lewat wajah saja sudah suka, tak peduli program atau janji, sepertinya itu yang akan di coblos di bilik suara.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline