Lihat ke Halaman Asli

Kang Jenggot

Karyawan swasta

Catatan Lawas dari Deklarasi SBY-Boediono

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menjelang Pilpres 2009, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sempat menunda-nunda, siapa yang akan menjadi calon wakilnya. Tapi kemudian, SBY menjatuhkan pilihannya pada Gubernur Bank Indonesia, Boediono untuk mendampinginya dalam pemilihan presiden nanti. Pilihan pada Boediono secara resmi dideklarasikan di Kota Bandung, tepatnya di gedung Sabuga, yang masih masuk dalam lingkungan kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Dideklarasikanya pasangan SBY-Boediono, sekaligus mengakhiri rasa penasaran publik, siapa yang akan diambil Yudhoyono sebagai pendampingnya di pilpres nanti.

Dan ini catatan lawas saya,

Saya beruntung mendapat kesempatan menyaksikan langsung perhelatan deklarasi capres dan cawapres yang menurut beragam hasil survei paling potensial menjadi jawara. Kantor tempat saya bekerja, sebuah media cetak, menugaskan meliput langsung ke Bandung.

Sekitar pukul 17.45 WIB, saya tiba di area deklarasi. Jalanan sekitaran kampus ITB, yang digunakan sebagai ajang deklarasi terlihat macet. Deklarasi itu sepertinya memang dipersiapkan sedemikian rupa. Setiap sudut jalan, pengamanan begitu ketat. Puluhan pasukan Brimob bersenjata lengkap disiapkan di setiap persimpangan jalan. Kendati pengamanan begitu ketat, tetap saja masih kecolongan. Ketika menjelang senja habis, diambang pembukaan deklarasibakal dilakukan, sekitar seratusan mahasiswa ITB menggelar aksi demo. Para mahasiwa itu menentang areal kampus dijadikan ajang politik pragmatis. Spanduk besar dibentangkan bertuliskan penolakan terhadap capres dan cawapres yang tidak pro rakyat.

Saat saya mendekati areal perhelatan deklarasi, gedung Sabuga yang akan di pakai sebagai tempat SBY-Boediono menyatakan diri secara resmi sebagai capres dan cawapres telah dipercantik. Tenda besar berwarna putih dipasang di halaman gedung. Layar besar terpampang bagi hadirin dan peserta deklarasi yang tidak bisa masuk ke dalam gedung.

Para undangan yang datang, diperiksa dengan ketat oleh pasukan keamanan. Tidak terkecuali wartawan yang tasnya harus dibongkar satu persatu, baru dipersilahkan masuk. Masuk ke dalam gedung, perhelatan deklarasi SBY-Boediono benar-benar sebuah pesta besar yang dipersiapkan sejak lama. Meja perjamuan berisikan makanan dan minuman, berjejer disepanjang koridor gedung. Terlihat melimpah ruah. Ruangan dalam Gedung Sabuga sendiri, dihias tenda berwarna merah, biru dan perak keabuan-abuan, sesuai dengan warna partai demokrat. Begitu mewah.

Di arena deklarasi saya bertemu dengan salah seorang petinggi Partai Demokrat, Max Sopacua. Saat saya tanyakan, tentang isu yang beredar bahwa Boediono dipilih karena masukan dari Ani Yudhoyono, Max membantahnya. Menurut Max pilihan pada Boediono tidak berdasarkan bisikan dari Ani Yudhoyono.

”Tapi murni pilihan dari Pak SBY itu sendiri,”kata Max, yang saya temui sebelum acara deklarasi dimulai.

Sekitar pukul 19.11 WIB, pasangan SBY-Boediono datang bersama istri. Kedua pasangan itu memakai busana warna merah lengan panjang dengan motif bunga, berkalungkan selendang biru. SBY dan Boediono datang dengan disambut shalawat badar. Dibelakangnya menyusul Hatta Radjasa, Zulkifli Hasan dan Patrialis Akbar. Nampak pula MS Kaban, Muhaimin Iskandar, Lukman Edy, R Hartono, Rachamati Soekarnoputri, Meutia Hatta dan Todung Mulya Lubis.

Di dalam ruangan, pasangan SBY-Boediono disambut dengan lagu Es Lilin dan bubuy bulan dari penampilan Elfa Secioria dan Bimbo. Tampilan panggung nampak begitu mewah. Satu layar lebar terpampang didepan panggung diapit dua bilboard besar bertuliskan SBYpresidenku.com. Acara deklarasi itu sendiri bertajuk,” Satu Suara untuk Satu Bangsa.”

Dalam kata sambutannya, Yudhoyono memaparkan alasan kenapa memilih Kota Bandung sebagai tempat deklarasinya. Bandung menurutnya, adalah kota pendidikan, kota peradaban. Sebab disinilah elan perjuangan yang direpresentasikan oleh kisah sejarah Bandung Lautan Api terjadi. Selain di kota berhawa sejuk itu, pertama kali seorang nasionalis bernama Bung Karno melontarkan seruan Indonesia menggugat.

Tidak lupa Yudhoyono juga mengungkapkan kenapa dirinya memilih Boediono sebagai pendampingnya. Karena Boediono adalah sosok orang yang tidak mencari muka dalam bekerja. Juga minim kepentingan pribadi.

”Pak Boediono adalah sosok muslim yang jujur dan sederhana,”ujar SBY ketika itu.

Boediono sendiri dalam pidato tanpa teksnya mengakui jika pemilihan atas dirinya menuai kontroversi. Tapi dia menegaskan, sama sekali tidak terpikir olehnya bakal dipilih oleh Yudhoyono untuk mendampinginya dalam pilpres nanti. Sedangkan mengenai tuduhan bahwa dirinya adalah ekonom yang pro pasar dan penganut neo liberal, dengan cukup diplomatis mencoba menangkisnya.

Dirinya berpendapat pasar diperlukan namun dengan pengaturan yang seimbang dari negara. Negara harus melakukan intervensi dengan catatan tidak berlebihan. Sebab sekali berlebihan, kreativitas bakal hangus.

“Namun negara tidak boleh tidur seluruhnya,”kata Boediono.

Pesta deklarasi itu sendiri, usai sekitar pukul 22.00 WIB. Udara Bandung terasa menggigit saat saya beranjak keluar gedung. Pesta usai sudah digelar begitu mewah dan meriahnya. Dari salah satu sumber mengatakan hajatan itu menghabiskan danamilyaran rupiah. Wah, biaya yang cukup besar. Tapi mungkin itu harga yang pantas untuk sebuah ambisi politik menuju Istana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline