Lihat ke Halaman Asli

Kang Jenggot

Karyawan swasta

Menunggu Lahirnya The Real President and The Real Vice President

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pernah ingat istilah The Real President yang dulu dipopulerkan mantan Ketua PP Muhammadiyah, Syafii Ma'arif. Tentu, tak sembarangan Buya Syafii, menyebut Jusuf Kalla The Real President. Sebab pada waktu itu, Jusuf Kalla, bukanlah seorang Presiden. Tapi, Kalla seorang Wakil Presiden.
Namun, di mata Buya, Kalla adalah Presiden sebenarnya. Kalla dimata Buya, adalah pemimpin yang lebih banyak bekerja, ketimbang presiden itu sendiri. Kalla, ibarat si kancil yang treginas, dan cekatan. Kalla pun, cepat mengambil keputusan, disaat semua maju mundur dan ragu-ragu, termasuk Presiden itu sendiri. Saat itu, yang menjadi Presiden adalah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Bahkan, Kalla berani tak populer ketika ia mengambil posisi untuk mengumumkan kenaikan BBM. Padahal, kenaikan BBM adalah kebijakan yang tak disukai publik. Tapi, Kalla berani mengambil itu. Kalla juga berani mengambil terobosan. Salah satunya adalah program kebijakan konversi minyak tanah ke gas. Kini, terbukti kebijakan itu sangat dirasakan manfaatnya oleh khalayak.
Maka, tak heran bila kemudian tokoh sekaliber Buya Syafii menyebutnya sebagai The Real President. Istilah itu, seakan menjadi sindiran tajam yang menohok jantung Istana. Banyak kalangan, terutama pengamat, memang menilai SBY sebagai sosok peragu. Buya bahkan menyebutnya Kalla itu, ibarat gas yang membuat 'kendaraan pemerintahan' bisa berjalan. Tanpa Kalla, mungkin 'kendaraan pemerintahan' lajunya tersendat-sendat, karena tak ada yang berani menginjakan kakinya di pedal gas.
Kemampuan diplomasi Kalla juga tak diragukan. Ia adalah juru lobi ulung untuk mendamaikan sebuah konflik. Perdamaian Aceh, Poso, Ambon, Rohingya dan lainnya, adalah bukti dari jejak diplomasi Kalla dalam mendamaikan pihak yang berseteru.
Bagi Kalla, perdamaian adalah sesuatu yang mutlak dan tak bisa ditawar-tawar. Prinsip dia, tak ada yang tak mungkin dalam mendamaikan pihak yang tengah berseteru, seakut apapun konflik yang terjadi.
“Jika mau perdamaian maka kedua belah pihak harus mau memberi dan mau menerima”demikian prinsip seorang Jusuf Kalla, sang pendamai ulung yang dimiliki negeri ini.
Bisa dikatakan, Kalla sangat berperan penting dalam menjaga keutuhan NKRI. Kontribusinya sangat besar, bagi NKRI, terutama dalam menjaga negeri ini dari riak perpecahan dan permusuhan antar sesama anak bangsa.
Maka, wajar bila kemudian, Buya Syafii menjulukinya The Real President. Kalla memang bekerja riil, tanpa basa-basi, apalagi mengandalkan tutur penuh bunga dan retorik. Bagi Kalla, yang dibutuhkan adalah aksi. Tak bisa sebuah kebuntuan itu, dihadapi oleh sikap yang ragu-ragu. Harus ada keberanian menerobos, yang tentu dengan penuh perhitungan. Diam menunggu bukanlah jawaban yang tepat. Bergerak cepat, itu lebih baik. Sesuai motonya, lebih cepat, tentunya akan lebih baik. Bukan diam menunggu, dan ragu-ragu.
Kini, nama Kalla atau biasa disapa Pak JK, kembali terbilang. Ia disebut, sebagai cawapres paling favorit untuk diduetkan dengan Joko Widodo atau Jokowi. Setidaknya beberapa hasil survei yang dilansir lembaga polling, mengkonfirmasikan itu.
Kalla meski sudah senior, dinilai masih sangat pantas kembali ke panggung kepemimpinan nasional. Bahkan ia dianggap pantas dan ideal, mendampingi Jokowi. Dalam survei, Kalla pun dinilai oleh responden sebagai cawapres favorit. Bahkan tingkat keterpilihan dia sangat besar, bila diduetkan dengan Jokowi.
Akankah Kalla bakal digandengkan dengan Jokowi? Banyak yang mengharapkan itu. Kalla dinilai bisa saling melengkapi dengan Jokowi, andai duet itu terwujud dan menang dalam Pilpres nanti. Tentunya, duet Jokowi-Kalla, bila benar memimpin negeri ini, rasanya tak akan melahirkan banyak keragu-raguan, apalagi sikap terus menunggu. Jejak Kalla selama lima tahun menjadi wapres, adalah buktinya.
Namun yang pasti, semua berharap, semoga nanti, pemilihan presiden tak lagi melahirkan pemimpin yang ragu-ragu. Tapi, pesta demokrasi nanti, melahirkan The Real Presiden dan The Real Vice President.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline