Lihat ke Halaman Asli

Kang Jenggot

Karyawan swasta

Cuitan dari Seorang Guru Bangsa

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa yang tak kenal dengan Profesor bernama lengkap Ahmad Syafii Maarif. Pasti, banyak yang kenal. Dia adalah mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah yang biasa di sapa dengan panggilan Buya Syafii. Ya, Buya Syafii, adalah salah satu tokoh nasional. Bahkan banyak yang menyebut Buya adalah seorang guru bangsa.

Buya pernah membuat Pak Esbeye agak 'tersinggung', ketika ia menyebut Jusuf  Kalla The Real President. Saat itu, Pak Jusuf Kalla masih mendampingi  Pak Esbeye, sebagai Wakil Presiden. Di mata Buya Syafii, presiden sebenarnya bukanlah Pak Esbeye tapi Pak Kalla. Kabarnya, akibat pernyataan itu, hubungan antara Buya dengan Cikeas, merenggang.

Selasa malam kemarin, saya iseng-iseng buka-buka Twitter. Di dapatlah akun @BuyaSyafii. Saya tak tahu, apakah itu akun pribadinya Buya, atau itu akun dikelola oleh sebuah tim.  Buya saat ini aktif di Maarif Institute, sebuah lembaga nirlaba yang didirikannya. Mungkin, akun @BuyaSyafii, dikelola staf di Maarif Institute.

Tapi yang bikin saya tertarik adalah cuitan yang di tweetkan di akun @BuyaSyafii. Bagi saya, cuitan di akun itu, penuh makna. Cuitan yang penuh pesan, dan layak dicatat serta direnungi.

Salah satu cuitannya : "Kepura-puraan yg sering dibungkus dalam jubah kejujuran dan manis mulut adalah penyakit mental yg harus dienyahkan dari bumi pancasila".

Cuitan itu ditulis 19 Februari 2014, pukul 8:24 WIB. Kicauan lainnya yang saya catat dari akun @BuyaSyafii adalah tentang anak bangsa yang tega merampok kekayaan negeri sendiri. Bagi Buya, mereka yang bermental seperti tak jauh beda watak penjajah. Berikut cuitan yang ditulis pada
19 Februari 2014, pukul 8:22 WIB.

"Anak bangsa yang merampok kekayaan Negara adalah cicit setia penjajah dalam format londo ireng (Belanda Hitam)".

Pada tanggal 19 Februari 2014, pukul 7:45 WIB, akun @BuyaSyafii juga mengirimkan cuitannya. "Sistem politik 'banci' itu pasti menjadi rintangan inheren terbesar bagi demokrasi untuk berfungsi secara sehat dan kuat".

Sehari sebelumnya, 18 Februari 2014, akun @BuyaSyafii, menuliskan kicuannya.

"Hari depan negeri ini dalam taruhan. Siapa yang bisa menyelamatkan?"tulis @BuyaSyafii, pukul 9:05 WIB.

Masih pada tanggal 18 Februari, @BuyaSyafii, juga mentweetkan cuitannya yang ditulis 9:03 WIB. Cuitannya kali ini, bicara tentang mesjid yang harus bersih dari kegiatan kampanye politik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline