Lihat ke Halaman Asli

Kang Jenggot

Karyawan swasta

Kekalahan Demokrat Kehendak Tuhan?

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jenderal Purnawirawan Pramono Edhie Wibowo ini, bukanlah orang sembarangan. Dia, adalah mantan Kepala Staf Angkatan Darat, dengan empat bintang dipundak alias Jenderal penuh.
Setelah ia pensiun dari dinas militer, Pak Pramono, yang kemudian ia ingin dipanggil Mas Edhie saja, terjun ke dunia politik. Ia pun memakai jaket Partai Demokrat, partai yang dikomandani oleh abang iparnya Pak SBY. Ya, Pak SBY ini adalah abang iparnya Mas Edhie, karena Presiden RI yang sebentar akan pensiun ini, menikahi sang kakak Ibu Ani Yudhoyono. Nah, Mas Edhie dan Ibu Ani ini, adalah putra dan putri dari mendiang Jenderal Sarwo Edhie Wibowo yang dulu populer ketika jadi komandan RPKAD, satuan elit di TNI-AD yang sekarang dikenal dengan Kopassus. Mas Edhie, dalam karir ketentaraannya pernah jadi komandan jenderal di Kopassus, seperti Pak Prabowo Subianto, capres Gerindra saat ini.
Waktu masih jadi tentara, Mas Edhi ini juga pernah jadi ajudannya Ibu Mega, kala Ketua Umum PDI-P itu jadi Presiden menggantikan almarhum Gus Dur yang diturunkan oleh sidang istimewa MPR. Lalu karirnya naik, hingga jadi orang nomor satu di TNI AD pada era Pak SBY memerintah.
Kini Mas Edhie sudah pensiun. Tapi, dia tengah meretas ambisinya bisa sama seperti abang Iparnya, menjadi Presiden Republik Indonesia. Ia pun ikut konvensi penjaringan capres di Demokrat, sebuah cara yang dipilih Pak SBY untuk menjaring capres yang bakal diusungnya nanti.
Yang ikut konvensi di Demokrat, tak hanya Mas Edhie. Ada sederet tokoh yang juga ikut berkompetisi. Tokoh-tokoh pesaing Mas Edhie di konvensi adalah Pak Dahlan Iskan, bos media yang juga Menteri BUMN, Pak Marzuki Alie, Ketua DPR, Pak Irman Gusman, Ketua DPD, Mas Ali Masykur Musa, Anggota BPK, Mas Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina, Pak Gita Wirjawan, mantan Menteri Perdagangan, Mas Dino Patti Djalal, mantan Dubes RI di Amerika, Pak Hayono Isman, mantan Menpora, dan Pak Sinyo Sarundajang, Gubernur Sulawesi Utara.
Namun, pamor Mas Edhie, tak begitu mencorong. Elektabilitasnya sebagai capres jauh dari mengkilat. Begitu yang berhasil direkam oleh survei-survei capres dari beberapa lembaga survei. Statusnya sebagai adik ipar Presiden sepertinya tak begitu menolong dapat mendokrak elektabilitas dan popularitas dari Mas Jenderal Edhie ini.
Diantara para peserta konvensi, yang paling mencorong pamornya mungkin Pak Dahlan Iskan. Tapi kini, nasib konvensi Partai Demokrat kian jelas, setelah hasil hitung cepat pemilu 2014, menempatkan Demokrat hanya berada diurutan empat dengan raihan 9 persenan suara. Hasil yang jauh dari ekspetasi.
Bahkan Pak Dahlan sudah menyatakan pasrah dan tak terlalu berharap banyak dengan hasil konvensi Partai Demokrat. Pasrahnya Pak Dahlan itu diungkapkan saat ia diundang oleh Najwa Shihab untuk tampil dalam acara Mata Najwa yang disiarkan Metro TV, stasiun televisi punyanya Pak Surya Paloh. Di acara yang disiarkan secara live pada 9 April 2014 itu, Pak Dahlan mengaku, dengan terus terang awalnya ia optimis bisa meretas jalur ke Istana lewat konvensi Partai Demokrat. Ia mengibaratkan ikut konvensi Partai Demokrat sebagai menjemput takdir. Tapi takdir buruk di alami Demokrat, suaranya terpuruk. Pak Dahlan pun merubah ibarat. Kini setelah melihat Demokrat terpuruk, ia ibaratnya sedang menunggu takdir. Mungkin menunggu, capres mana yang bakal meminangnya.
Lalu bagaimana perasaan Mas Edhie setelah mengetahui Demokrat melorot dari posisi pertama ke urutan empat. Tidak ada pernyataan resmi yang terekam media. Saya cari-cari pun tak ada. Mungkin ada, tapi saya tak berhasil mencatat di media mana, Mas Edhie mengeluarkan pernyataanya menyikapi takdir buruk Partai Demokrat.
Saya pun coba menengok akun twitternya @edhiewibowo_55. Ternyata ada beberapa cuitan dari pensiunan jenderal yang begitu dijagokan Bang Ruhut Sitompul, politisi nyentrik dari Demokrat.
" Kita tidak boleh kecewa apalagi saling menyalahkan. Tetap bekerja dan semangat menjalani ini semua, " demikian salah satu cuitan Mas Edhie di akun twitter @edhiewibowo_55.
Saya pun coba menafsirkannya. Mungkin Mas Edhie, sedang menyampaikan pesan, bahwa jangan mencari kambing hitam dari kekalahan Demokrat dalam panggung Pileg 2014.
Cuitan lainnya yang saya baca, Mas Edhie seperti sedang menghimbau kepada koleganya di Demokrat, agar lapang dada saja menerim hasil pemilu 2014. Hasil buruk Demokrat, menurut Mas Edhie, adalah takdir dari Allah (Tuhan).
"Hasil Pemilu telah kita dengar dan lihat. Mari kita terima dengan besar hati & lapang dada. Itulah yg terjadi semua sesuai kehendak Allah, "tulis Mas Edhie di akun twitternya.
Tak lupa, dalam cuitan berikutnya, Mas Edhie mengucapkan selamat kepada PDI-P, Golkar dan Gerindra yang berhasil menempati posisi tiga besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline