Lihat ke Halaman Asli

Kang Jenggot

Karyawan swasta

Cerita Sarpin dan Sarimin

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seorang tukang warung kopi, murka semurka-murkanya, begitu mendengar BG menang praperadilan. Ia jungkirbalikan meja, banting gelas. Para tukang bajaj yang sedang ngopi kaget. "Pak sadar, kenapa kok marah-marah BG menang." Para supir bajaj coba menenangkan si tukang kopi.

Tapi si tukang kopi tetap menggeram marah. Napasnya tersengal-sengal menahan emosi.

"Bapak pendukung KPK?" seorang supir bajaj coba bertanya.

"Bukan," teriak si tukang warung kopi.

"Lho kalau bukan pendukung KPK, pendukung BG?" si supir bajaj bertanya lagi. "Apalagi itu, bukaaaaan?" kembali si tukang berteriak dengan kerasnya. Bahkan lebih keras dan menggelegar dari sebelumnya. Matanya menyala merah, menunjukan murka tiada tara. Amuk amarah sepertinya telah menguasai dirinya. Ia benar-benar sangat murka dengan informasi yang diterimanya, BG menang praperadilan.

"Lalu kenapa marah-marah banting gelas?" tanya si supir bajaj lagi, penasaran ingin tahu pangkal sebab si tukang warung kopi murka.

" Nama saya Sarpin" teriaknya sambil meraung-raung. Yang ada di sana coba menenangkan si tukang warung. "Tenang pak istighfar, istighfar, nyebut, nyebut" semua yang ada di sana coba menenangkan. Si tukang warung tetap meraung-raung, lalu mengeluarkan smartphone Cinanya harga 400 ribuan. Telepon pintar layar sentuh yang baru dibelinya tiga minggu kemarin.

"Lihat ini!" katanya sambil memamerkan layar hapenya. "Lihat ini, status FB anak saya," teriaknya. Ternyata walau berprofesi penjual kopi, ia gaul juga, ikut berfacebook ria. Benar-benar tukang kopi gaul. Semua yang ada di warung kopi itu merubung, penasaran ingin tahu penyebab murka si tukang kopi. Semua memoloti layar hape si tukang kopi.

Di layar hape layar sentuh si tukang kopi, terbaca sedereta tulisan." Dasar Sarpin bikin susah ke laut saja loe..." demikian salah satu satus FB yang diklaim si tukang kopi. Si tukang kopi pun menggelosor sambil meraung-raung. " Karena Sarpin, saya ikut kena getahnya. Pak Sarpin ini apa enggak mikir, putusannya bikin susah semua orang," si tukang kopi pun kembali meraung-raung. Ia tak terima gara-gara putusan yang diketok palu Sapin, namanya ikut ke bawa-bawa.

Tiba-tiba seorang supir bajaj, berkata, mengusulkan agar si tukang kopi mengganti nama saja. Si tukang kopi, tiba-tiba bangkit. " Wah itu saran hebat, saya setuju ganti nama," katanya dengan mata berbinar-binar. Namun ia kemudian terdiam. Dia bingung nama apa yang pantas untuk mengganti namanya. Akhirnya, semua tukang bajaj ikut berembuk. Mereka pun menggelar sidang paripurna. Sebagai ketua sidang, dipilih pemilik bajaj berwarna kuning. Setelah bermusyarah dengan serius, sidang paripurna para tukang bajaj memutuskan sebuah nama pengganti nama si tukang kopi secara aklamasi. Lalu salah satu perwakilan supir bajaj menyampaikan hasil sidang paripurnanya.

" Begini pak, kami telah menyetujui sebuah nama yang menurut fraksi-fraksi para supir bajaj tepat untuk menggantikan nama bapak. Nama ini sudah kami uji kelayakannya dan sepertinya layak untuk bapak. Nama itu, adalah Sarimin, bagaimana bapak menerimanya?" si perwakilan supir bajaj menyampaikan hasil sidang dengan hati-hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline