Entah sudah berapa wangsa dada kami senantiasa terbusung atas budaya kami
Sebab prasangka kami
Bahwa kami adalah bangsa yang paling mulia
Dari semua yang ada
Meski tak jarang jua kami terjengkang
Sebab dalam puncak ketinggian
Kami justru tak berdaya mamandang keluhuran budaya Tuan
Yang bertahta penuh kharisma di atas budaya kami
Hidup kami pun diliputi lautan penyesalan
Masa depan kami penuh bayang-bayang keraguan dan rasa ketakutan
Sebab kami tak mampu memandang wajah kami sendiri
Baik di masa kini
Terlebih di masa depan
Keseharian kami hanya tersandera di dalam ruang-ruang gelap yang pengap
Sebagai habitat kami yang paling aman
Dari derai belati hujatan manusia
Yang teramat berhasrat untuk mencincang daging peradaban kami
Masih bersediakah tuan memandang wajah nista kami
Mengobati cacat nurani kami
Agar kami tak lagi tenggelam
Dalam derita yang tak berkesudahan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H