Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Adib Mawardi

TERVERIFIKASI

Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Sebelum Mereka Pergi

Diperbarui: 7 Juni 2021   19:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar oleh Dim Hou via Unsplash

Dulu, setiap hari, kamu mungkin begitu sering mendapat celoteh dari ibumu atau ayahmu. Mulai dari bangun tidur sampai kau menutup hari, berulangkali kau mendengar kata-kata penuh ketegasan darinya.

Lantaran, kamu tak segera bergegas dari kemalasan-kemalasanmu.

Waktu terus saja berjalan, kamu pun mulai sadar bahwa apa yang mereka lakukan padamu selama ini ternyata hanyalah untuk melatih kedisiplinan.

Kini, mungkin kau tak dapat lagi mendengar suara mereka yang renyah dan lantang seperti dahulu kala yang senantiasa membangkitkan semangatmu mengawali kehidupan.

Sebab yang mampu kau dengar saat ini hanyalah kata-kata lembut yang mengiringi khusyuknya doa yang tak pernah lelah mereka deraskan untuk mengiringi setiap langkah hidupmu.

Setapak demi setapak kamu pun mulai mencicipi keberhasilan. Hingga kau merasa bahwa saat ini kau telah berada di ujung dunia dan telah mampu menguasainya.

Apakah kau masih menyadari bahwa di setiap jengkal keberhasilanmu ada jerih payah orang tuamu? Mereka yang dulu telah menjaga, merawat dan mendidikmu sampai kau benar-benar menjadi orang dewasa yang berguna.

Tak pernah terlupa, di setiap peluh kening mereka selalu saja tersimpan doa keselamatan atas dirimu.

Apakah kau masih mampu mengingat kebaikan mereka selama ini sebelum mereka benar-benar akan pergi?

Atau kau telah melupakannya hingga kau pun akan terlambat untuk membalas jerih payah yang mereka beri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline