Tidak terasa kita sudah memasuki masa penghujung hari dari Bulan Ramadan. Ini berarti dalam waktu tidak seberapa lama lagi kita akan berkesempatan mendengar sahut-sahut takbir yang bergema dari penjuru masjid, musala, dan tempat-tempat lainnya sebagai tanda kemenangan kita dalam berikhtiar memerangi hawa nafsu kita pada bulan ini.
Kemenangan kita dalam memerangi hawa nafsu memang patut kita rayakan dengan penuh kegembiraan sebagaimana kita yang senantiasa bergembira ketika masa berbuka tiba. Karena tidak ada seorang pun yang dapat menikmati masa-masa kebahagiaan ketika berbuka kecuali mereka yang sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah puasa.
Akan tetapi, kita sepatutnya juga tidak terlalu larut dalam kegembiraan kemenangan yang sifatnya sementara ini. Sebab, sejatinya bermacam ujian masih akan terus menghadang kita hingga berakhirnya masa persinggahan kita di alam yang fana ini.
Maka dari itu, kita sepatutnya senantiasa mewaspadai berbagai bentuk ujian yang masih akan terus menghadang dan mengiringi kehidupan kita dimana setiap ujian tersebut harus senantiasa kita lewati dengan landasan ketaqwaan yang diantaranya telah kita latih pada saat kita berpuasa.
Dengan berpuasa kita telah melatih diri kita untuk menahan diri dari berbagai macam hawa nafsu yang berpeluang akan mengurangi keutamaan ibadah puasa atau bahkan menghilangkan keabsahan puasa.
Pada Bulan Ramadhan kita telah mengisinya dengan berbagai macam amalan-amalan yang utama. Misalanya saja melaksanakan shalat berjamaah, berpuasa, melaksanakan shalat-shalat sunnah, bertadarus Al-Qur'an, menjalin silaturrahim dengan sesama kita serta memohon ampunan yang tiada hentinya kepada Allah SWT.
Kebiasaan-kebiasaan baik inilah yang sepatutnya tetap kita pertahankan dan kita lestarikan agar apa yang telah kita rutinkan pada bulan puasa ini akan senantiasa terjaga pada bulan-bulan berikutnya.
Meskipun pada bulan-bulan setelahnya barangkali nilai pahalanya tidaklah sama keutamaannya dengan yang ada pada bulan suci Ramadhan, akan tetapi segala ketentuan pahala dan balasan bagi seorang hamba tetaplah Allah SWT sendiri yang menjadi penentunya.
Dengan demikian, tugas kita adalah tetap menggiatkan diri dalam melaksanakan berbagai bentuk amal kebaikan itu sebagai bekal kita untuk menuju kebahagiaan, baik ketika berada di alam dunia maupun ketika berada di alam akhirat kelak.
Jangan sampai kebiasaan-kebiasaan baik yang telah kita tradisikan selama berada di bulan yang mulia ini kelak akan menguap dan tidak berbekas seiring berakhirnya masa pada bulan suci Ramadhan.
Sebab jika demikian keadaannya, alangkah meruginya kita karena belum dapat menjaga kebaikan-kebaikan yang senantiasa kita biasakan pada bulan yang penuh rahmat ini.