Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Adib Mawardi

TERVERIFIKASI

Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Mutiara Kata Syekh Ali Jaber

Diperbarui: 16 Januari 2021   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Syekh Ali Jaber (Merdeka) 

Kemarin sore (14/1), di hari yang sama setelah saya mendengar berita duka tentang wafatnya Syekh Ali Saleh Mohammed Ali Jaber atau yang kita kenal dengan nama Syekh Ali Jaber, secara tak sengaja saya mendapatkan rekaman ceramah beliau yang diputar pada salah satu radio lokal.

Dalam isi ceramahnya itu, beliau menyampaikan materi tentang motivasi membaca Al-Qur`an. Diantara penjelasan yang beliau terangkan adalah tentang keutamaan membaca Al-Qur`an dengan mengutip salah satu hadits Baginda Nabi Muhammad SAW:

Iqra`u Al-Qur`aana fa innahu ya`ti yaum al-qiyaamati syafii'an li ashhaabihi. Bacalah Al-Qur`an, karena sesungguhnya ia (Al-Qur`an) akan datang pada saat hari kiamat kelak sebagai penyelamat bagi para sahabatnya.

Saya serasa mendapat pengetahuan baru dari beliau ketika beliau menyitir pesan Baginda Rasul ini, khususnya penjelasan beliau tentang tersematnya kata 'ashhaabihi' (sahabat-sahabat Al-Qur`an).

Menurut penuturan beliau, kata 'ashhaab' (sahabat) tersebut merupakan pilihan diksi yang menarik jika dibandingkan dengan kata pembukanya, yakni 'iqra`u' (bacalah).

Seharusnya, jika menggunakan kata yang sepadan dengan kata yang awal tadi (iqra`u), maka yang digunakan bukanlah kata ashabihi (sahabatnya), melainkan qurraa`ihi (pembacanya).

Kemudian, jika dirangkaikan arti dari kalimat itu seluruhnya bisa saja ia akan berarti: Bacalah Al-Qur`an karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat kelak sebagai penyelamat bagi para pembacanya (Iqra`u Al-Qur`ana fa innahu ya`ti yaum al-qiyaamati syafii'an li qurraa`ihi).

Adapun penjelasan Syekh Ali Jaber mengenai penggunaan kata sahabat (ashhaab) oleh Baginda Nabi ini sebenarnya sudah sangat tepat sebab di dalamnya seakan telah menyiratkan makna yang jauh lebih dalam jika dibandingkan kata pembaca (qurraa`).

Menurut pendapat beliau, hal ini dikarenakan orang yang membaca Al-Qur`an itu belum tentu ia dapat menjadi sahabatnya. Adapun penyebab dari hal itu adalah jamaknya orang yang hanya membaca Al-Qur`an dan berhenti pada tataran bacaan saja. Bacaannya tidak berlanjut pada upaya untuk semakin memahami dan apalagi mengamalkan.

Terus terang, saya sependapat dengan isi tausiyah beliau itu. Sebab, jika kita melihat beberapa fenomena yang tampak di sekeliling kita, kita pun akan mendapati beberapa pihak yang justru menggunakan ayat tertentu untuk mengkotak-kotakkan dan memberi label pada kelompok yang lain.

Lebih dari itu, jika kita mau lebih telaten untuk menoleh pada cermin sejarah, kita kiranya akan menemukan sebuah fakta dimana ternyata juga ada pihak yang menggunakan Al-Qur`an sebagai alat untuk kepentingan diplomasi, memecahbelah umat, demi memuluskan kepentingan mereka untuk menyebarluaskan keyakinan, mengumpulkan pundi-pundi harta, dan mengakomodasi keping-keping kekuasaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline