Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Adib Mawardi

TERVERIFIKASI

Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Membaca dan Dibaca

Diperbarui: 9 Januari 2021   05:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi orang membaca (Thought Catalog-Unsplash)

Saat kita menulis di Kompasiana maupun platform yang lain, pada umumnya kita tentu berkeinginan tulisan kita itu akan dibaca oleh orang lain. Syukur-syukur jika yang membaca sekaligus yang mengapresiasi juga banyak.

Sehingga berangkat dari harapan inilah kemudian muncul tradisi blogwalking, silaturrahmi ke blog orang lain untuk membaca tulisan mereka, menyapa hingga memberikan apresiasi.

Tujuan dari kegiatan blogwalking ini antara lain adalah sebagai kesempatan untuk belajar dari penulis lain yang biasanya juga ditandai dengan jejak apresiasi maupun komentar agar si penulis itu tahu kunjungan kita.

Dari kebiasaan kita berkunjung, menulis dan membagi tulisan ini, kemudian secara umum muncullah sebuah pola, yakni membaca dan dibaca. Membaca tulisan orang lain, syukur-syukur jika kita juga bisa membagi tulisan yang bisa dibaca oleh mereka.

Kawan, jika kita mengembangkan bahasan membaca dan dibaca ini agak lebih jauh lagi, kita pun pasti akan mendapati pola membaca dan dibaca ini dalam kehidupan kita sehari-hari.

Seperti kebiasaan kita yang gemar membaca lingkungan kita, sebagaimana kita tidak dapat menutup kemungkinan bahwa juga akan dibaca oleh lingkungan kita itu, sehingga dengan adanya pola ini timbullah hubungan saling membaca satu sama lain.

Baiklah, mari kita buat contoh konkritnya saja. Saat ada tetangga yang sukses, baik itu dari indikator kemakmuran hidup, kekayaan, pangkat, ataupun status sosial, berangkat dari rasa penasaran pada diri kita yang menggebu-gebu, tidak jarang hal ini kemudian akan menggiring kita untuk menelaah dan menggali, apa sebenarnya rahasia di balik kesuksesan mereka itu.

Demikian pula sebaliknya. Jika ada kehidupan di lingkungan kita, baik itu yang skalanya desa, kecamatan, hingga negara, misalnya saja sedang terjadi sebuah kesemrawutan, tidak jarang kita pun merasa penasaran untuk membaca dan memetakan, apa sebenarnya akar dari segala ketidakteraturan itu.

Itulah posisi yang sejatinya dimiliki oleh setiap manusia sebagai bagian dari perilaku mereka yang senantiasa berkecenderungan untuk membaca dan mempelajari lingkungannya. Dan bagi siapa saja yang berperilaku sedemikian ini, tentu kita akan menganggapnya sebagai sebuah kewajaran.

Sebentar, bagaimana dengan potensi ghibah atas pola membaca ini?

Baiklah. Satu hal yang berpotensi menjadi masalah ghibah ini adalah manakala seseorang berusaha untuk mengorek kesalahan orang lain--yang sebenarnya sudah rapat-rapat ia sembunyikan dan bahkan ia taubati--dengan tujuan untuk menjatuhkan citranya saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline