Kemarin, saya berbelanja tepung terigu di sebuah toko perlengkapan bahan roti yang berlokasi di Kota Blitar. Secara sekilas, dari pengalaman saya belanja di toko tersebut awalnya terkesan biasa saja.
Lazimnya toko yang menjual barang dengan harga grosir, saya mendapati barang-barang di toko tersebut ditata dengan sangat rapi, baik itu tepung, beras, maupun aneka barang dagangan lainnya.
Akan tetapi, kemudian ada satu pemandangan yang membuat saya tertarik saat belanja di sana. Yakni pada saat saya menjumpai ketiga orang kuli panggul yang memindahkan tepung terigu dari bak truk ke gudang toko.
Saat hendak mengambil tepung yang berbobot sekitar 25 kilogram itu, saya mendapati masing-masing dari mas-mas kuli panggul itu membawa sebuah kayu yang terbuat dari potongan bambu. Beberapa saat kemudian, mereka kembali dari bak truk itu sembari memanggul karung berisi tepung, sementara satu tangan lainnya menenteng potongan bambu kecil yang sudah mereka bawa sebelumnya.
Begitu mereka berada di depan meja kasir, masing-masing dari kuli panggul itu memasukkan kayu itu ke dalam sebuah timba. Dan di samping timba itu rupanya sudah terdapat koko si pemilik toko yang sedang mengawasi kerja mereka sembari bertransaksi dengan kliennya.
Saya mengamati timba yang berada di depan si koko tersebut. Di dalam timba tersebut ternyata sudah terisi separuh dari potongan bambu yang dimasukkan oleh mas-mas kuli tadi.
Rupanya inilah cara yang dilakukan oleh si pemilik toko tersebut untuk mendata ulang barang masuk (stock-in) yang sudah diangkut oleh para kuli mereka, tanpa harus mengecek secara langsung barang yang telah mereka bawa satu persatu ke dalam gudang. Dengan cara yang sederhana ini, pemilik toko cukup menghitung tabulasi kayu yang berada di dalam timba saja untuk mewakili perhitungan jumlah barang masuk yang sudah sampai di gudang.
Kendati saya menganggap cara itu masih sangat sederhana dibandingkan dengan alternatif yang lain--misalnya dengan menggunakan penghitung digital atau menyerahkan tugas itu kepada salah seorang karyawan--namun saya menganggap cara yang dilakukan oleh si pemilik toko ini patut dipertimbangkan, mengingat cara tersebut sebenarnya begitu mudah untuk dipraktikkan. Selain itu, cara ini tentu akan lebih menghemat waktu maupun biaya jika dibandingkan dengan mengutus seorang karyawan untuk mengerjakannya.
Dan yang terpenting adalah, setidaknya melalui cara yang sederhana ini si pemilik toko sudah dapat melaksanakan fungsi pengawasan barang secara lebih cermat mengenai rincian jumlah barang pesanan yang telah sampai ke dalam gudang, sekalipun itu dilakukan dengan cara yang tradisional. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H