Duhai kucing-kucing malang yang kusayangi, saat tulisan ini kukirim padamu, mungkin saja engkau sedang bobok siang atau sedang mencari mangsa di sawah atau di atap rumah.
Sejujurnya tulisan ini kutulis untukmu hanya sebagai pengingat atas keberadaanmu yang dianggap kian meresahkan oleh sebagian orang akhir-akhir ini. Bahkan beberapa penelitian telah menyebut dirimu sebagai biang hancurnya keseimbangan alam. Entah penelitian yang disusun atas dasar apa.
Apakah itu lantaran alam atau barang kesayangan mereka yang tak sengaja kau rusak hingga kau pantas untuk diberangus? Atau karena hal lain?
Keadaanmu ini mengingatkanku pada ketengilanmu terdahulu yang tanpa sepengetahuanku telah meninju dan memakan ikan cupang kesayanganku. Waktu itu aku mendapatimu berada di samping akuarium sedang menyeka mulutmu, seakan baru saja puas menyantap sebuah hidangan yang amat lezat.
Tapi apalah guna, ikan itu telah berada dalam perutmu dan tak mungkin ia akan hidup kembali. Waktu itu ingin sekali aku mencekikmu hingga kamu mati. Namun, statusmu sebagai salah satu hewan yang dicintai oleh Baginda Nabi menjadikanku mengurungkan niat kejiku ini.
Sebab jika kamu begitu istimewa di hatinya, sepatutnya kamu juga memiliki tempat istimewa di hatiku. Untuk alasan itulah aku senantiasa menyayangimu hingga kini. Tak paduli apapun yang telah kau lakukan.
Kau telah puas mengencingi pintu rumahku. Kau semakin piawai mencuri ikan tongkol favoritku. Kamu kian senang mencakari kakiku. Terserah padamu, lakukanlah sesukamu. Tak perlu khawatir, sebab kau tetaplah sosok hewan yang kan kucintai. Tak pandang bulu apapun ras dan jenismu. Dekil ataupun bersih. Semua tetap sama saja di hatiku.
Semakin penelitian konyol dan ragam golongan itu membencimu, percayalah, aku kan tetap berdiri di sampingmu untuk membelamu.
Dan selama aku belum mampu untuk sampai pada tempatmu yang kian lama kian tak aman itu, bersembunyilah dan carilah siapa saja yang akan memungutmu, membelaimu, merawatmu dengan sepenuh hati, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Baginda Nabi atas nenek moyangmu dahulu.
Selama dalam pencarianmu itu, penuhilah hatimu dengan harapan dan keyakinan bahwa masih sangat banyak orang yang akan memperhatikanmu dengan penuh kasih sayang. (*)