Hari Minggu kemarin, Dul Kaher memiliki agenda untuk mengunjungi pesantren. Kunjungan ini adalah rangkaian kegiatannya untuk menggali data penelitian yang diprogramkan untuk para pendidik kelas partikelir.
Sebelumnya, ia bersama dengan kawannya, Wawan, telah berencana untuk mengangkat sebuah penelitian tentang Konsep Pengabdian sebagai Upaya Perekrutan Sumber Daya Manusia di Lingkungan Pesantren.
Waktu itu, pesantren yang mereka jadikan rujukan sebagai bahan penelitian adalah Pesantren 'Ainul Mustaghfiriin yang berlokasi di Pulau Jawa.
Dari hasil wawancara mereka dengan beberapa narasumber di pesantren itu, Dul Kaher menemukan rangkaian cerita menarik.
Awalnya, pesantren tersebut dirintis untuk mewadahi para pecandu narkoba yang hendak merehabilitasi diri. Untuk itulah, pesantren itu dinamai dengan 'ainul mustaghfiriin (air mata orang-orang yang mengharap ampunan).
Air mata adalah simbol bahwa mereka yang telah meneteskannya memiliki rasa penyesalan yang teramat dalam sehingga memohon ampun secara sungguh-sungguh atas kesalahan-kesalahannya di masa lampau. Dengan demikian, orang-orang yang telah bertaubat dari kesalahannya tersebut benar-benar melakukannya dengan penuh ketulusan.
Selain untuk mewadahi orang-orang yang direhabilitasi tersebut, pondok ini juga memiliki program pembelajaran bagi warga sekitar, terutama bagi keluarga yang kurang mampu. Dan uniknya, pembelajaran di pesantren itu didedikasikan secara gratis alias tanpa dipungut biaya sepeser pun bagi seluruh peserta didiknya.
Namun, jangan dibayangkan penerapan pendidikan tersebut seperti layaknya pendidikan yang terdapat di sekolah formal. Bentuk pendidikan yang mereka selenggarakan hanya semacam lembaga bimbingan belajar non-formal yang tak memberikan fasilitas ijazah bagi peserta didiknya.
Dan seiring berjalannya waktu, Gus Hakim dan Kyai Agung selaku pengasuh pondok tersebut berinisiatif untuk menindaklanjuti kegiatan pendidikan yang telah mereka rintis sebelumnya, yakni dengan mengupayakan bagaimana caranya agar para peserta didik di pesantren tersebut dapat ikut ujian kejar paket.
Dengan demikian, peserta didik tersebut tidak hanya belajar tanpa proses evaluasi, namun mereka juga akan mengikuti proses pengukuran hasil belajar yang terdokumentasi dalam sebuah ijazah yang sah. Dan beruntunglah upaya itu pun berhasil berkat kesungguhan usaha pengurus dan dukungan dari beberapa relasi pondok.