Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Adib Mawardi

TERVERIFIKASI

Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Cerita Pengalaman Menulis

Diperbarui: 31 Agustus 2020   06:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Picture by: valeria_aksakovas-Freepick (edited)

Sejak saya memulai perjalanan sebagai penulis-kontributor beberapa bulan lalu, saya memiliki banyak kisah tentang dunia kepenulisan. Mulai dari artikel yang diterima dan dipublikasikan, naskah ditolak alias dikembalikan, hingga naskah yang tak jelas nasibnya. Itulah lika-liku singkat saya dalam menapaki dunia kepenulisan ini. 

Awalnya, saya mulai tertarik untuk menulis opini atau tulisan ber-genre populer yang dikirimkan ke media massa setelah membaca tulisan-tulisan yang terbit di sana. Waktu itu, status saya masih sebagai seorang mahasiswa dengan segenap idealismenya. 

Batin saya seakan menggumam penuh rasa penasaran, apa susahnya menulis di media massa, tinggal menulis semua orang juga bisa. 

Sewaktu saya melihat syarat tulisan yang diajukan ke media cetak pada tulisan opini adalah kekira 850 kata, dalam batin saya menyimpulkan, berarti saya harus merampungkan 850 kata kemudian mengirimkannya. Jadi deh!

Akhirnya, saya pun mencoba membuat sebuah artikel opini tentang tema perekonomian yang rada saya pahami. Dengan latar belakang saya sebagai mahasiswa fakultas ekonomi, saya berusaha meramu tulisan dengan bumbu-bumbu data ringan dan argumentasi yang sedikit babibu. 

Naskah sudah selesai saya ketik, berarti tinggal dikirimkan. Dengan bermodal sedikit waktu dan jaringan internet, uang 750 ribu hingga sejuta akan saya dapat, pikir saya waktu itu. 

Namun, rupanya kenyataan tak sesederhana angan-angan saya. Saya mulai menyadari bahwa se-Indonesia ini bukan hanya saya seorang yang menulis. Artinya, tulisan saya harus berkompetisi dengan tulisan-tulisan lainnya demi memenangkan hati sang redaktur. 

Dan dalam kompetisi itu saya kalah telak. mungkin saja, kekalahan saya ini sebab media yang saya pilih terlalu besar untuk tulisan saya kelasnya masih picisan, kalau meminjam istilahnya Om Felix. 

Hingga tibalah gilirannya saya berjumpa dengan situs sedikit nakal banyak akal dan laman tempat berbagi ide. Dua website inilah yang pertama kali membangkitkan rasa percaya diri saya untuk menulis di platform digital dengan diberikannya kesempatan bagi karya untuk tampil di sana. 

Sehingga saya pun berkesimpulan, eh, ternyata saya bisa menulis, dengan adanya beberapa karya yang dapat ditampilkan di sana, setelah beberapa kali mencoba, tentunya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline