Setiap hari, sebagai makhluk hidup yang cenderung beraktivitas, kita tentunya memiliki kegiatan-kegiatan yang kita lakukan secara rutin. Misalnya saja, shalat, mandi, bekerja, belajar, dan sebagainya.
Saat menjalani rutinitas ini, mungkin saja, akan ada beberapa kecenderungan yang muncul pada diri kita: semakin bersemangat dalam menjalaninya, bersikap biasa saja, atau bahkan kehilangan gairah.
Biasanya, kita merasa bersemangat menjalani rutinitas itu manakala kita menyadari akan memperoleh manfaat atau nilai dari aktivitas yang kita kerjakan. Misalnya dalam hal pekerjaan. Dengan bekerja secara rutin, kita berpeluang akan memperoleh penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi pelbagai kebutuhan kita.
Pun demikian dalam hal peribadatan. Dengan semakin tekun kita dalam melaksanakannya, barangkali kita akan lekas merasakan manfaatnya dalam bentuk suntikan energi semangat yang akan membekali jiwa kita dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Dengan demikian, rutinitas itu dapat kita jalani dengan penuh semangat dan antusias sebab kita menyadari adanya nilai yang akan kita peroleh begitu rampung menjalaninya.
Nilai yang telah kita peroleh ini bisa saja akan membuat kita makin penasaran untuk terus meningkatkannya. Sebab, dengan adanya pencapaian yang telah kita raih pada tingkat tertentu, kita pun akan semakin ingin tahu sejauh mana kemampuan yang kita miliki ini dapat kita eksplorasi hingga posisi yang terujung, yakni batas kemampuan diri kita.
Sebagai contoh, kita dapat mengambil tamsil dari kondisi kita sebagai penulis di Kompasiana. Untuk penulis yang tertantang dengan raihan jumlah poin dan kualitas tulisan, tentu kita akan selalu berusaha menambah jumlah tulisan hingga nilai kemampuan diri kita semakin meningkat dengan penyimbolan warna verifikasi, jumlah poin, dan tingkatan penulis.
Semakin produktif dan semakin baik kita dalam membuatnya, maka jumlah poin kita pun akan kian meningkat berikut peringkat yang kita dapat. Barangkali dengan menyadari akan hal ini, kita akan senantiasa mendayagunakan segenap kemampuan kita untuk meraih segala hal yang mungkin dapat kita capai di sini, sehingga kita akan terus berkarya hingga pada batas kemampuan diri kita.
Batas kemampuan diri inilah yang nantinya akan 'memaksa' kita untuk mengambil sebuah keputusan, apakah kita akan melampauinya atau kita menerima apa adanya keadaan yang kita peroleh pada saat ini.
Di mana dari setiap keputusan itu tentu akan membawa konsekuensi: jika kita berhasil mendobrak pembatasnya, maka perjuangan kita akan berpeluang terbayar dengan raihan aktualisasi diri.
Namun, jika kita mengalami kegagalan harus bersiap menghadapi konsekuensi, misalnya: mendapatkan pandangan sinis dari mereka yang suka nyinyir; maupun rasa belas kasih dan motivasi dari mereka yang mudah berempati.